Senin, Mei 19, 2008

BEGITU ENGKAU BERSUJUD

EAN

Begitu engakau bersujud, terbangunlah ruang
yang kau tempati itu menjadi sebuah masjid
Setiap kali engkau bersujud, setiap kali
pula telah engkau dirikan masjid
Wahai, betapa menakjubkan, berapa ribu masjid
telah kau bengun selama hidupmu?
Tak terbilang jumlahnya, menara masjidmu
meninggi, menembus langit, memasuki
alam makrifat


Setiap gedung, rumah, bilik atau tanah, seketika
bernama masjid, begitu engkau tempati untuk bersujud
Setiap lembar rupiah yang kau sodorkan kepada
ridha Tuhan, menjelma jadi sajadah kemuliaan
Setiap butir beras yang kau tanak dan kau tuangkan
ke piring ke-ilahi-an, menjadi se-rakaat sembahyang
Dan setiap tetes air yang kau taburkan untuk
cinta kasih ke-Tuhan-an, lahir menjadi kumandang suara
adzan
Kalau engkau bawa badanmu bersujud, engkaulah masjid
Kalau engkau bawa matamu memandang yang dipandang
Allah, engkaulah kiblat

Kalau engkau pandang telingamu mendengar yang
didengar Allah, engkaulah tilawah suci
Dan kalau derakkan hatimu mencintai yang dicintai
Allah, engkaulah ayatullah
Ilmu pengetahuan bersujud, pekerjaanmu bersujud,
karirmu bersujud, rumah tanggamu bersujud, sepi
dan ramaimu bersujud, duka deritamu bersujud
menjadilah engkau masjid

1987

Baca Selengkapnya......

PUISI SEADANYA MENGENAI KEPALA

EAN

Puisi ini ditulis oleh penyairnya dengan bahasa yang diusahakan sangat seadanya, yang kira-kira bisa dipahami oleh setiap anak yang baru mengenal sejumlah kata-kata, sebab penyair itu merasa begitu ketakutan bahwa kematiannya akan menjadi sempurna jika ternyata tak seorangpun memahami kata-katanya

Jangan salah sangka. Ia takut bukan karena kawatir akan kehilangan kepala, melainkan justru ia sangat mendambakan betapa bahagianya kalau pada suatu hari ia kehilangan kepala. Masalahnya - terus terang saja - kepala itu sudah bertengger di atas lehernya hampir tigapuluh tahun. Baginya ini merupakan beban yang teramat berat dan membuat ia merasa tidak normal. Karena teman-temannya yang normal pada umumnya hanya menyangga satu kepala paling lama lima tahun, bahkan ada yang hanya satu dua tahun, malah ada juga yang sesudah dua tiga bulan sudah berganti kepala.

Penyair kita ini sudah menghubungi Tuhan ribuan kali melalui salat, wirit dan tarikat, demi memperoleh kejelasan resmi mengenai keanehan ini. Bahkan sebelum itu sudah ia datangi beratus-ratus dukun, kiai dan kantor ikatan cendekiawan, namun tidak seorangpun sanggup memberinya jawaban yang memuaskan hati. Tuhan sendiri sepertinya terlalu bersabar menyimpan teka-teki ini, bahkan sesekali ia merasakan Tuhan seakan-akan bersikap ogah-ogahan terhadap masalah ini.

Matahari selalu terbit dan tetumbuhan tak pernah berhenti mengembang, tapi itu hanya menambah ketegasan perasaan penyair kita bahwa sesungguhnya yang berlangsung hanyalah kemandegan. Ayam berkokok tiap menjelang pagi, kemudian manusia bangun dan tidak melakukan apa-apa untuk mengubah kebosanan yang sedemikian merajalela. Alam semesta ini sendiri begitu patuh menggantikan siangnya dengan malam dan menggilirkan malamnya dengan siang, tapi manusia hanya sibuk memproduksi ungkapan yang berbeda untuk kenyataan yang sama, manusia habis waktu dan tenaganya untuk mengulangi kebodohan dan keterperosokan yang sama, meskipun mereka membungkusnya dengan perlambang-perlambang baru sambil ia meyakin-yakinkan dirinya atas perlambang itu.

"Ya, Allah", seru penyair kita ini pada suatu malam yang sunyi, "patahkan leherku agar kepalaku menggelinding ke dalam parit, kemudian persiapkan kepala yang baru yang bisa membuatku hidup kembali !".

Bisa dipastikan Tuhan mendengar doa itu, tetapi siapa yang menjamin bahwa Ia bakal mengabulkannya? Bukankah penyair itu sendiri yang dulu meminta kepalanya yang ini untuk menggantikan kepala yang sebelumnya. Apa jawab penyair kita ini seandainya Tuhan mengucapkan argumentasi begini : "Bagaimana mungkin kuganti kepalamu, sedangkan kepala-kepala lain di tanganKu belum punya pengalaman sama sekali untuk bertindak sebagai kepala ? Bukankah untuk menjadi kepala, segumpal kepala harus memiliki pengalaman sebagai kepala sekurang-kurangnya lima tahun ?".

Penyair kita sangat-sangat menyesal kenapa makhluk Tuhan harus hidup dengan syarat mempunyai kepala. Pada mulanya ia hanya badan saja, badan bulat yang seluruh sisi-sisinya sama. Tapi kemudian karena ia kawatir akan disangka sederajat dengan buah kelapa, maka ia memohon kepada Tuhan serta mengupayakan sendiri pengadaan kepala, lantas kaki dan tangan.

Tetapi ternyata inilah sumber utama malapetaka hidupnya. Pada mulanya kepala itu berendah hati dan patuh kepadanya, karena pada dasarnya kepala itu memang tidak pernah ada seandainya ia tidak meminta kepada Tuhan dan mengadakannya.

Kesalahan pertama yang dilakukan oleh penyair ini adalah meletakkan kepala di bagian atas dari badannya, sehingga badannya itu dengan sendirinya kalah tinggi dibanding kepalanya, dan dengan demikian menjadi bawahannya. Hari-haripun berlalu, sampai pada suatu saat ia menyadari bahwa sang kepala ternyata telah mengambil alih hampir semua perannya. Misalnya soal berpikir, sekarang telah dimonopoli oleh kepala. Apa yang harus ia lakukan, kemana harus melangkah, apa yang boleh dan tidak boleh, ditentukan oleh kepala. Ia sendiri dilarang berpikir karena segala gagasan telah disediakan oleh kepala, sedemikian rupa sehingga ia bukan saja tak boleh berpikir, tapi lama kelamaan ia juga menjadi tidak mampu lagi berpikir.

Dulu ia membayangkan, tangan akan menggenggam fulpen atau senapan, jari-jari hendak mengelupas buah nanas atau menyogoki lubang hidung, dialah yang berhak menentukan. Tapi ternyata ketika ada makanan, yang memerintahkan tangan untuk mengambilnya adalah kepala, kemudia diberikannya kepada mulut yang menjadi aparat sang kepala, sedangkan badannya hanya menampung makanan itu, tanpa ikut mengunyah dan merasakan nikmatnya.

Juga ia yakin bahwa apakah kakinya akan melompati sungai atau dipakai untuk menjungkir badan, dialah yang merancang dan memutuskannya. Tapi sekarang segala sesuatunya menjadi jelas bahwa hak itu telah diambil alih oleh kepala, dan ketika ia mempertanyakan hal itu, tiba-tiba saja tangannya yang memegang pentungan menggebugnya, dan kakinya yang bersatu tebal keras menendangnya.

"Wahai Tuhan, pengasuh badan yang menderita", guman penyair kita dengan nada yang penuh kecengengan, "jikapun tanganMu terlalu suci sehingga jijik untuk berurusan dengan segala yang kotor dalam kehidupan hamba-hambaMu, tolonglah Engkau berkorban sekali ini saja, sentuhlah kepalaku, pegang ia dan cabut dariku, kemudian kuusulkan langsung saja dirikanlah kerajaanMu dan Engkau sajalah yang mulai sekarang bertindak sebagai kepalaku".
DARI KUMPULAN PUISI "DOA MOHON KUTUKAN"
( RISALAH GUSTI - 1995

Baca Selengkapnya......

RUMAH COR API

EAN

demi keadilan
hukum disingkirkan
demi kebenaran
pengabulan ganti rugi dibatalkan
demi ketenteraman
air ludah harus kembali ditelan

karena cahaya kemajuan harus memancar
maka panduan dan penerangan harus luas tersebar
karena program - program pembangunan harus lancar
maka terkadang pasar ini dan bangunan itu harus dibakar

lihatlah rumah - rumah cor api
lihatlah gedung - gedung berdiri di atas kuburan
batu - batanya terbuat dari kesengsaraan dan airmata
tembok - temboknya rekat oleh akumulasi ratapan
tiang - tiangnya tegak karena disangga oleh pengorbanan

diseberang itu engkau memandang
rumah - rumah didirikan
dekat di sisiku aku saksikan
rumah - rumah digilas dan dirobohkan

nun disana engkau melihat
rumah - rumah disusun - susun
nun disini aku menatap
penrduduk terusir berduyun - duyun

ketika engkau berdiri di depan
hamparan tanah luas yang engkau beli
untuk mendirikan ratusan rumah
dan ribuan pemukiman manusia abad 21
pernahkah terlintas di kepalamu
ingatan tentang beribu - ribu saudara - saudaramu
yang kehilangan tanahnya

pernahkah engkau ingat betapa beribu - ribu orang itu
tak dianggap memiliki hak untuk mempertahankan tanahnya
dan ketika mereka terpaksa menjualnya
mereka juga tak dianggap memiliki hak untuk menentukan
harga petak - petak tanah mereka

ketika engkau menempati rumah itu
tahukah engkau, siapa nama tukang -tukang
yang menumpuk bata - batanya
yang mengangkut pasir dan memasang genting - genting

ketika engkau memijakkan kakiku di lantai rumahmu
dan meletakkan punggungmu di kasur ranjang
pernahkan engkau catat kemungkinan muatan
korupsi dan kolusi di dalam proses pembuatannya
sejak tahap tender
sampai pemasangan cungkup puncaknya

bagi berjuta - juta saudara - saudaramu
yang tak senasib dengan denganmu
yang bertempat tinggal tidak di pusat uang dan kekuasaan
pernahkah engkau sekedar berdoa saja
bagi kesejahteraan mereka

dunia sudah amat tua
darahnya kita hisap bersama - sama
kehidupan semakin rapuh
dan sakit kita tidak semakin sembuh
langit robek - robek
badan kita akan semakin dipanggang hawa panas
sejumlah pulau akan tenggelam
lainnya menjadi rawa - rawa
anak cucumu akan hidup sengsara
karena ransum alam bagi masa depan
telah dihisap dengan semena - mena

EMHA AINUN NADJIB
1994

Baca Selengkapnya......

Ya..Allah.....

EAN

Ya Allah ...Datangkan sahabat orang-orang kecil
Ya Allah ...Datangkan penyayang orang-orang lemah
Ya Allah ...Datangkan penghibur orang-orang sumpeg
Ya Allah ...Datangkan pembela orang-orang kalah
Ya Allah ..Datangkan pekerja kasih sayang bagi hamba-hambaMu yang hidupnya buntu dan susah
Ya Allah....Datangkan pengurus nasib hamba-hambaMu yang diabaikan
Yang disebut-sebut namanya namun tidak didengarkan suaranya
Yang kedaulatannya diatas-namakan namun hak-haknya dibendung
Yang hakekat kuasanya diumum-umumkan namun nasibnya diacuhkan

Ya Allah ...Datangkan kekasihmu itu, turunkan dari langit
Munculkan dari perut bumi, atau jelmakan dari tengah-tengah pasar, kampung-kampung kumuh, padang-padang rumput atau tong-tong sampah
Ya Allah ...Datangkan kekasihmu itu, yang karena Engkau mengasihinya, maka iapun mengasihi sesamanya
Ya Allah ...Datangkan prajurit cintaMu itu, yang meskipun tak berwajah pahlawan namun ikhlas berkeringat bersama sama rakyat
Ya Allah ...Datangkan prajurit kecil, prajurit yang mengerti kekecilannya di hadapanMu, sehingga kekecilannya itu lebih besar dari kebutuhannya untuk menyandang kebesaran dan kehebatan apapun
Ya Allah ...Datangkan prajurit fakir, yang bergantung hanya pada kebesaran dan ridla-Mu, sehingga ia selalu siap untuk tidak memiliki apapun dari dunia dan hiasannya, kecuali jika Engkau yang enghendakinya
Ya Allah ...Datangkan budak kehendakMu itu bagi orang-orang yang dikalahkan oleh sesamanya

Datangkan khadim iradahMu itu bagi orang-orang yang diperhinakan
Berilah ia tangan kuli
Anugerahilah ia kaki petani
Berilah ia akal orang mau mati
Anugerahilah ia hati Wali
Berilah pandangan mata bayi
Anugerahilah ia niat yang suci

Ya Allah ...Mahkotailah ia dengan keadilan berpikir
Tanamkan di dadanya jiwa dzikir
Ya Allah ...Mobilisasikan hamba-hambaMu yang lemah ini di dalam himpunan cinta dan pembelaanMu
Ya Allah ...Jaringlah kami orang-orang yang diremehkan ini ke dalam kumpulan pasukan hizibMu
Ya Allah ...Ilhamilah para Rusul, para Anbiya, para Auliya dan Habaib agar bermurah hati menyapa dan menghibur hati kami yang sangat kesepian
Ya Allah ...Hamba-hambaMu yang direndahkan oleh para mutakabbirun di bumi ini telah tiba di puncak ketidak-berdayaan. Sehingga apabila Engkau perkenankan, kami memilih satu di antara dua kemungkinan Hapuslah dunia dari kami, hapuslah kami dari dunia karena keluhan dan kelemahan-kelemahan yang membuatMu jengkel Atau sepenuh jiwa kami memohon hiburlah kami dengan menunjukkan kuasaMu sebagai Maha Dzat yang sedahsyat-dahsyatnya dalam melakukan makar kepada mereka yang memusuhi dan berbuat makar kepadaMu
Ya Allah ...Engkau berjanji anuridu an-namunna lal-ladzinas-tudfu fil-ardli wa najuhum a-immatan wa najluhumul waritsin.Engkau menumbuhkan harapan kami dengan janji bahwa Engkau akan menolong hamba-hambaMu yang dilemahkan, bahwa Engkau akan mengangkat izzah mereka sebagai pusat pertimbangan dan pengendali sejarah, Engkau akan mewariskan kekuatanMu kepada mereka
Ya Allah ...Sejukkan kening kami yang kepanasan dengan tetesan ayatMu itu
Legakan tenggorokan nasib kami yang kehausan dengan tetesan firmanMu itu

Jakarta 11 Pebruari 1999

Baca Selengkapnya......

Sang Maha Penganugerah

EAN

Apa alasanku untuk durhaka kepada-Mu, Allahku
Di malam dan siang telingaku mendengar desir lembut suara malaikat-Mu
yang mendendangkan nyanyian-Mu yang melezatkan jiwaku
Di siang dan malam mripatku menyaksikan rahmat-Mu
bertaburan dari langit beribu penjuru

Jika Engkau bukan Sang Maha Tanpa Pamrih
pastilah bangkrut aku
Jika atas segala anugerah-Mu harus kupersembahkan balasan,
maka tiadalah yang akan mampu aku persiapkan.

Segala yang tergenggam di tanganku adalah milik-Mu,
bahkan tak juga kumiliki diriku sendiri,
karena Engkaulah Maha Empunya semuanya ini.

Maka jika kupasrahkan seluruh jiwa ragaku
bukanlah aku memberikan sesuatu kepada-Mu,
melainkan sekedar menyampaikan hak-Mu.
Dan jika aku memberikan sesuatu kepada keluargaku,
kepada para tetangga dan sekalian orang di dalam jangkauanku,
tak lain itu hanyalah menyalurkan milik-Mu,
agar sampai pada akhirnya ke haribaan-Mu.

Apa alasanku untuk durhaka kepada-Mu, Allahku
Engkau Maha Memberi, tanpa meminta:
aku lah yang membutuhkan penyerahan segala sesuatu ke hadapan-Mu.

Baca Selengkapnya......

SERIBU MASJID SATU JUMLAHNYA

EAN

Satu
Masjid itu dua macamnya
Satu ruh, lainnya badan
Satu di atas tanah berdiri
Lainnya bersemayam di hati
Tak boleh hilang salah satunyaa
Kalau ruh ditindas, masjid hanya batu
Kalau badan tak didirikan, masjid hanya hantu
Masing-masing kepada Tuhan tak bisa bertamu

Dua
Masjid selalu dua macamnya
Satu terbuat dari bata dan logam
Lainnya tak terperi
Karena sejati
Tiga
Masjid batu bata
Berdiri di mana-mana
Masjid sejati tak menentu tempat tinggalnya
Timbul tenggelam antara ada dan tiada
Mungkin di hati kita
Di dalam jiwa, di pusat sukma
Membisikkannama Allah ta'ala
Kita diajari mengenali-Nya
Di dalam masjid batu bata
Kita melangkah, kemudian bersujud
Perlahan-lahan memasuki masjid sunyi jiwa
Beriktikaf, di jagat tanpa bentuk tanpa warna
Empat
Sangat mahal biaya masjid badan
Padahal temboknya berlumut karena hujan
Adapun masjid ruh kita beli dengan ketakjuban
Tak bisa lapuk karena asma-Nya kita zikirkan
Masjid badan gmpang binasa
Matahari mengelupas warnanya
Ketika datang badai, beterbangan gentingnya
Oleh gempa ambruk dindingnya
Masjid ruh mengabadi
Pisau tak sanggup menikamnya
Senapan tak bisa membidiknya
Politik tak mampu memenjarakannya
Lima
Masjid ruh kita baw ke mana-mana
Ke sekolah, kantor, pasar dan tamasya
Kita bawa naik sepeda, berjejal di bis kota
Tanpa seorang pun sanggup mencopetnya
Sebab tangan pencuri amatlah pendeknya
Sedang masjid ruh di dada adalah cakrawala
Cengkeraman tangan para penguasa betapa kerdilnya
Sebab majid ruh adalah semesta raya
Jika kita berumah di masjid ruh
Tak kuasa para musuh melihat kita
Jika kita terjun memasuki genggaman-Nya
Mereka menembak hanya bayangan kita
Enam
Masjid itu dua macamnya
Masjid badan berdiri kaku
Tak bisa digenggam
Tak mungkin kita bawa masuk kuburan
Adapun justru masjid ruh yang mengangkat kita
Melampaui ujung waktu nun di sana
Terbang melintasi seribu alam seribu semesta
Hinggap di keharibaan cinta-Nya
Tujuh
Masjid itu dua macamnya
Orang yang hanya punya masjid pertama
Segera mati sebelum membusuk dagingnya
Karena kiblatnya hanya batu berhala
Tetapi mereka yang sombong dengan masjid kedua
Berkeliaran sebagai ruh gentayangan
Tidak memiliki tanah pijakan
Sehingga kakinya gagal berjalan
Maka hanya bagi orang yang waspada
Dua masjid menjadi satu jumlahnya
Syariat dan hakikat
Menyatu dalam tarikat ke makrifat
Delapan
Bahkan seribu masjid, sjuta masjid
Niscaya hanya satu belaka jumlahnya
Sebab tujuh samudera gerakan sejarah
Bergetar dalam satu ukhuwah islamiyah
Sesekali kita pertengkarkan soal bid'ah
Atau jumlah rakaat sebuah shalat sunnah
Itu sekedar pertengkaran suami istri
Untuk memperoleh kemesraan kembali
Para pemimpin saling bercuriga
Kelompok satu mengafirkan lainnya
Itu namanya belajar mendewasakan khilafah
Sambil menggali penemuan model imamah
Sembilan
Seribu masjid dibangun
Seribu lainnya didirikan
Pesan Allah dijunjung di ubun-ubun
Tagihan masa depan kita cicilkan
Seribu orang mendirikan satu masjid badan
Ketika peradaban menyerah kepada kebuntuan
Hadir engkau semua menyodorkan kawruh
Seribu masjid tumbuh dalam sejarah
Bergetar menyatu sejumlah Allah
Digenggamnya dunia tidak dengan kekuasaan
Melainkan dengan hikmah kepemimpinan
Allah itu mustahil kalah
Sebab kehidupan senantiasa lapar nubuwwah
Kepada berjuta Abu Jahl yang menghadang langkah
Muadzin kita selalu mengumandangkan Hayya 'Alal Falah!

1987

Baca Selengkapnya......

SEPENGGAL PUISI CAK NUN

EAN

sayang sayang kita tak tau kemana pergi
tak sanggup kita dengarkan suara yang sejati
langkah kita mengabdi pada kepentingan nafsu sendiri
yang bisa kita pandang hanya kepentingan sendiri

loyang disangka emas emasnya di buang buang
kita makin buta yang mana utara yang mana selatan
yang kecil dibesarkan yang besar di remehkan
yang penting disepelekan yang sepele diutamakan
Allah Allah betapa busuk hidup kami
dan masih akan membusuk lagi
betapa gelap hari di depan kami
mohon ayomilah kami yang kecil ini

Baca Selengkapnya......

SHALAWAT SHOLLI WA SALLIM

EAN

Sayang X3 reformasi tak mau ngaji
Kepala tengadah, merasa benar sendiri
Semua dituding-tuding, dan dicaci-maki
Yang lainnya salah, hanya ia yang suci

Sayang X3 reformasi tak rendah hati
Tangannya mengepal, berlagak bagai Nabi
Tak ada yang baik, kecuali ia sendiri
Padahal kemarin, menjilat tak henti-henti

Sayang X3 orang pintar tinggi hati
Omong demokrasi, pidato di televisi
Ternyata karena, kehilangan kursi
Sementara rakyat, kerepotan cari nasi

Sayang X3 terlalu banyak pahlawan basi
Bilang membela rakyat, sambil mengelus dasi
Betapa mewah, mobilnya Mercy
Ternyata dulu, Suharto juga yang ngasih

Katanya reformasi, nggak tahu ke mana pergi
Semua mengabdi, pada maunya sendiri
Tidak minta tuntunan, pada Ilahi Rabbi
Yang dituruti, kepentingannya sendiri

Ayo kita saksikan, orang itu masuk lobang
Yang lain terjengkang, lainnya lagi akan hilang
Berjuta-juta orang, disekap oleh khayalan
Besok mereka bengong, jatuh dalam kekosongan

Loyang disangka emas, emas dibuang-buang
Orang makin buta, mana utara mana selatan
Yang kecil dibesarkan, yang besar diremehkan
Yang penting disepelekan, yang sepele dihembuskan

Ya Allah ya Allah, betapa busuk hidup kami
Dan masih terus akan, lebih membusuk lagi
Betapa gelapnya, hari di depan kami
Mohon lindungilah, kami yang kecil ini

Baca Selengkapnya......

MENYORONG REMBULAN

EAN

Terlalu Lama Kita Hidup Dalam Kegelapan !
Sehingga Kita Tidak Mengerti Bagaimana Melayani Cahaya
Sehingga Kita Tidak Becus Mengurusi, Bagaimana Cahaya Terang
Sehingga Di Dalam Kegelapan, Gerhana Rembulan Yang Membikin Kita Buntu Sekarang
Kita Junjung-Jujung Pengkianat Dan Kita Buang-Buang Para Pahlawan
Kita Bela Kelicikan Dan Kita Curigai Ketulusan

Karena Bumi ! Menutupi Cahaya Matahari, Maka Malam Gelap Gulita
Dan Di Dalam Kegelapan , Segala Hal Yang Buruk Terjadi
Orang Tidak Bisa Menatap Wajah Orang Lain Secara Jelas
Orang Menyangka Kepala Adalah Kaki
Orang menyangka Utara Adalah Selatan
Orang Bertabrakan Satu Sama Lain
Orang Tidak Sengaja Menjegal Satu Sama Lain, Atau Bahkan Sengaja Mejegal Satu Sama Lain
Didalam Kegelapan Orang Tidak Punya Pedoman Yang Jelas, Untuk Melangkah, Akan Kemana Melangkah, Dan Bagaimana Melangkah


Kita Memang Sudah Nglilir, Sudah Bangun, Sudah Bangkit
Bahkan Kaki Kita Sudah Berlari Kesana Kemari
Namun Akal Pikiran Kita Belum, Hati Nurani Kita Belum !
Kita Masih Merupakan Anak-Anak Dari Orde Yang Kita Kutuk Di Mulut, Namun Ajaranya Kita Biarkan Hidup Subur Di Dalam Aliran Darah Dan Jiwa Kita


Kita Mengutuk Perampok Dengan Cara Mengincarnya Untuk kita Rampok Balik
Kita Mencerca Maling Dengan Penuh Kedengkian, Kenapa Bukan Kita Yang Maling !
Kita Mencaci Penguasa lalim Dengan Berjuang Keras Untuk Bisa Mengantikannya
Kita Membenci Para Pembuat Dosa Besar Dengan Cara Setan Yakni Melarangnya Untuk Insaf Dan Bertaubat
Kita Memperjuangkan Gerakan Anti Pengusuran Dengan Cara Pengusur
Kita Menolak Pemusnahan Dengan Merancang Pemusnahan Pemusnahan
Kita Menghujat Para Penindas Dengan Riang Gembira Sebagaimana Iblis Yakni Kita Halangi Usahanya Untuk Memperbaiki Diri


Siapakah Selain Setan, Iblis, Dan Djajal, Yang Menolak Khusnul Khotimah Manuasia, Yang Memblokade Surga, Dan Menyorong Mereka Mendekat Ke Pintu Neraka
Sesudah Ditindas Kita Menyiapkan Diri Untuk Menindas
Sesudah Diperbudak Kita Siaga Ganti Untuk Memperbudak
Sesudah Dihancurkan Kita Susun Barisan Untuk Menghancurkan


Yang Kita Bangkitkan Bukan Pembaharuan Kebersamaan Melainkan Asyiknya Perpecahan
Yang Kita Bangun Bukan Nikmatnya Kemesraan Tapi Mengegarnya Kecurigaan
Yang Kita Rintis Bukan Cinta Dan Ketulusan Melainkan Prasangka Dan Fitnah
Yang Kita Perbaharui Bukan Penyembuhan Luka Melainkan Rencana Rencana Panjang Untuk Menyelenggarakan Perang Saudara
Yang Kita Kembang Suburkan Adalah Kebiasaan Memakan Bangkai Saudara Kita sendiri


Kita ! Tidak Memperkaya Cakrawala Dengan Menabur Cinta, Melainkan Mempersempit Dunia Kita Sendiri Dengan Lubang Lubang Kebencian Dan Iri Hati


Pilihanku Dan Pilihanmu Adalah Apakah Kita Akan Menjadi Bumi Yang Mempergelap Cahaya Matahari, Sehingga Bumi Kita Sendiri Tidak Akan Mendapatkan Cahayanya
Atau Kita Berfungsi Menjadi Rembulan, Kita Sorong Diri kita Bergeser Ke Alam Yang Lebih Tepat Agar Kita Bisa Dapatkan Sinar Matahari, Dan Kita Pantulkan Nilai-Nilai Tuhan Itu Kembali Ke Bumi.

Baca Selengkapnya......

TAHAJJUD CINTAKU

EAN

Mahaanggun Tuhan yang menciptakan hanya kebaikan
Mahaagung ia yang mustahil menganugerahkan keburukan

Apakah yang menyelubungi kehidupan ini selain cahaya
Kegelapan hanyalah ketika taburan cahaya takditerima
Kecuali kesucian tidaklah Tuhan berikan kepada kita
Kotoran adalah kesucian yang hakikatnya tak dipelihara
Katakan kepadaku adakah neraka itu kufur dan durhaka
Sedang bagi keadilan hukum ia menyediakan dirinya
Ke mana pun memandang yang tampak ialah kebenaran
Kebatilan hanyalah kebenaran yang tak diberi ruang

Mahaanggun Tuhan yang menciptakan hanya kebaikan
Suapi ia makanan agar tak lapar dan berwajah keburukan
Tuhan kekasihku tak mengajari apa pun kecuali cinta
Kebencian tak ada kecuali cinta kau lukai hatinya

1988

Baca Selengkapnya......

TEMBOK GELOMBANG

EAN

sekuat - kuat gelombang
harus lebih kuat tembok
karena puncak kekuasaan
adalah ideologi gembok

tembok didirikan sekukuh - kukuhnya
agar gelombang terbentur sia - sia

gelombang direndam
menjadi ombak semilir

gelombang itu alam
tembok itu teknologi
kekuasaan timbul tenggelam
sedang jiwamu abadi

berhentilah memenjaraku
sebab jeruji besi dan sel pengurungku
terletak di dalam dadamu sendiri
tanpa bisa kemanapun kau pindahkan

kalau kau usir
kau pikir kemana aku hendak pergi
sedang lubuk jiwamu itulah alam semestaku
aku berumah di keremangan jiwamu
bilikku tersembunyi di balik kesunyian nuranimu

jadi berhentilah mendirikan tembok - tembok
karena toh aku bukan gumpalan benda yang bisa kau kurung
tak usah pula repot membakar dan memusnahkanku
sebab toh hakekatku memang musnah dan tiada

kau sang aku ini gerak atau semacam gerakan
padahal tak kupunyai apapun yang bisa kugerakkan
dan apabila kau jumpai bayangan gerak
pada yang kau sebut aku
hendaklah jelas bagimu bahwa hanya Tuhan
yang sanggup memantulkan diriNya sendiri

aku membesar - besarkanmu dan kau membesar - besarkanku
kita saling merasa terancam oleh enerji yang mendesak - desak
padahal ia hanyalah air nuranimu sendiri yang menggelombang
dan sebagaimana udara yang berhembus
ia berasal dari ruh uluhiyah kita sendiri

kita saling memandang melalui metoda benda
kita saling bersentuhan lewat tahayul peristiwa - peristiwa
padahal di awal dan akhir nanti akan ternyata
yang kita sangka kita bukanlah kita

engkau bisa menangkap benda
tapi geraknya luput dari kuasamu
engkau bisa menghentikan peristiwa
tetapi arusnya lolos dari cengkeramanmu

engkau bisa membendung air
tapi gelombangnya melompatimu ke masa depan
engkau bisa membuntu udara
tapi tenaganya memergokimu
di tempat yang tak kau duga

jadi sudahlah
untuk apa kau bungkam mulutku
sedangkan yang bersuara adalah mulutku
untuk apa engkau stop langkahku

sedangkan yang berjalan adalah sanubarimu sendiri
sedangkan yang bergema adalah pekikan hatimu sendiri
bergaung melintasi segala angkasa
menembus seluruh langit
mengatasi negara - negara dan propinsi - propinsi
melompati kepulauan, samudera dan benua - benua

maka untuk apa engkau bungkam suaraku
karena toh kesunyian lebih berteriak dibandingkan mulutku
untuk apa kau habiskan tenaga
untuk membangun pagar dan rambu - rambu
sedang setiap menjelang tidur
selalu engkau diseret kembali oleh gelombang itu

Baca Selengkapnya......

SELAMATAN

EAN

telah kuikhlaskan rasa sakit itu sebelum terjadi
ketika dan sesudahnya

telah kutaburkan di wajahmu wewangian kembang
dan kupanjatkan doa ampunan bagimu

tapi aku tak berhak mewakili hati rakyatmu
sebab tenaga untuk menegakkan kakiku sendiri ini
kupinjam dari mereka

aku tak memiliki harkat kedaulatan mereka
serta tak kugenggam kuara nurani mereka
yang diterima dari Tuhan

oleh karena itu
jika engkau mengharapkan keselamatan di esok hari
temuilah sendiri ruh mereka

kalau matahari digelapkan
kalau tanah titipan dirampas
kalau udara disedot
kalau malam disiangkan dan siang dimalamkan
kalau hak akal sehat dibuntu
hendaklah siapapun ingat bahwa aku tak berhak menawar
apa sikap Tuhanku atas kebodohan itu
oleh karena itu
jika engkau masih mungkin percaya
bahwa engkau butuh keselamatan esok pagi
ketuklah sendiri pintu Tuhan yang sejak lama
mengasingkan diri dirumah nurani rakyatmu

EMHA AINUN NADJIB- 1994
DARI KUMPULAN PUISI "DOA MOHON KUTUKAN"
RISALAH GUSTI - 1995 )

Baca Selengkapnya......

TUHAN SAYANG YA TUHAN SAYANG

EAN

tuhan sayang ya tuhan sayang
tiada yang kami ikuti dalam perjalanan
kecuali engkau maha penabur pengetahuan

tuhan sayang ya tuhan sayang
di siang hari yang berselimut kegelapan
bersabarlah mendengar kami yang kebingungan

bertanya apa yang sesungguhnya engkau inginkan
menyeret kami ke persimpangan jalan
kemudian engkau pergi meninggalkan

engkau wariskan alam
berita tentang pengembaraan
dan teka-teki yang sialan

tuhan wahai kekasih hati
selain rumahmu tiada tempat kembali
kami harus tempuh perjalanan ini

abad-abad teramat panjang
kami berebut makan, berselisih paham
merawat dendam dan peperangan


mana gerangan jalan yang benar?
tumpah berbagai ideologi besar
yang membuat wajah kami sendiri memar

maka kekallah pertengkaran
pada setiap jalan dibikin gang-gang
yang terakhir di kebuntuan

semua hendak memimpin di depan
maunya duluan mengenyam makanan
tak bersedia ketlingsut di ekor barisan

semua ngebet disebut pahlawan
hendak jadi nabi diam-diam
atau bapak yang dimonumenkan

adapun lusa akan habis hutan ditebang
bumi dikuras secara terang-terangan
anak cucu mampus menanggulangi utang

adapun namamu senantiasa disertakan
tuhan sayang ya tuhan sayang
dijual eceran dan diloakkan

di impitan zaman, orang berdiri terpana
disaksikan langit dan cakrawala
sambil mengeluh : di mana engkau berada

terkunci mulut bumi dan angkasa
segala harta, pasal hukum dan mantra
tak menyisahkan jawaban bagi jiwa

tuhan sayang yang keindahanmu kami puja
begini berat godaan fatamorgana
tegang di antara surga dan neraka

para bidadari tidaklah menggiurkan hati
sebab bagi yang memiliki
kerinduan sejati
engkau saja cukuplah, tak usah yang lain lagi

kami tau dengan surga yang engkau sengaja
menguji hati picisan yang gampang terlena
sehingga bukan engkau lagi yang diingatnya


engkau dianggap benda mati
diperebutkan untuk dimonopoli
dibawa ke surga untuk kenduri

sibuklah kami membangun patung bayangan
dari yang kami sangka wajahmu ya tuhan sayang
lantas kami jadikan pedang untuk bermusuhan

kami memperdagangkan surga
kami jual rasa takut terhadap neraka
seolah-olah kami bisa membuatmu terluka

kami menjadi manja dan terkesima
saling menindas dan menghisap sampai binasa
kami mabuk, rakus, lalai dan foya-foya

kami bermimpi, bikin teori, tesis, asumsi
menggagas langit bumi, sperma dan klenik
dalam ilmu pengetahuan yang ateistik

kami bikin susunan perkosa-memperkosa
orang kecil, masyarakat, serdadu, negara, raja
serta isapan kekal kota atas desa

tuhan sayang ya tuhan sayang
kalau bagimu ini hanya senda gurau dan permainan
sungguh bagi kami takkan tertanggungkan

kami berebut tanah, sukses, uang, popularitas
susunan piramida, bangunan bawah atas, strata dan kelas
kiri dan kanan, utara dan selatan, tebas menebas

bikin lima juta buku dalam setahun
untuk meneliti suka-duka yang bertimbun
sehingga mata menjadi semakin rabun

orang bersemangat atau putus asa
orang mencucurkan airmata atau tertawa-tawa
yang satu sirna, lainnya mengibarkan bendera


tuhan sayang ya tuhan sayang
lihatlah semua jadi begini serius
menegakkan partai-partai tikus

tuhan sayang ya tuhan sayang
bolehkan ide penciptaanmu kami pertanyakan
sekedar untuk tak mampus dalam kebingungan

jadikanlah kami bayi yang kembali belajar
meskipun jika qur’an kami bawa masuk pasar
orang bilang kamilah orang-orang kesasar

kami coba tegakkan alif-mu di bilik-bilik sepi
sambil tak henti-hentinya bertengkar sendiri
namun semogalah kami berhenti buta dan tuli

tuhan sayang ya tuhan sayang
kalau boleh kami meminta lagi kesabaran
lebarkan dada kami seluas tujuh lautan

Baca Selengkapnya......

MENJELMA CINTA

EAN

Engkau panggil jiwa yang tenteram
Untuk kembali kepada-Mu dengan rela dan direlakan
Engkau berfirman bergabunglah ke penyembahan kepada-Ku
Engkau berfirman masuklah ke surga-Ku
Yang tidak tenteram tidak Kau panggil
Karena yang tak tenteram tak bisa kembali
Yang tak tenteram hanya bisa menjauh pergi
Yang tak tenteram tak sanggup rela
Dan mustahil Engkau relakan
Yang tak tenteram kuda-kudanya goyah untuk menyembah
Yang tak tenteram mata jiwanya buta langkahnya kandas sebelum surga

Jiwa tenteram ya Allah
Jiwa muthmainnah
Tuntunlah hidup hamba berbenah
Karena di alam hidup jahiliyah
Tak diajarkan kepada hamba jiwa muthma’innah
melainkan hanya kepasrahan yang salah
para ulama menyuruh hamba jadi prajurit
kalau salah langkah berbunyilah peluit

Ya Allah Kekasih
Kalau agama hanya berwajah fiqih
kepatuhan hamba terasa perih
Yang hamba peluk adalah cinta pengabdian
hanya dengan itu bisa rela dan direlakan
hamba sembahyang tidak untuk menaati mereka
Tenteram sujud hamba semata karena kepada-Mu
seluruh diri hamba menjelma cinta



Baca Selengkapnya......

DITANYAKAN KEPADANYA

EAN

Ditanyakan kepadanya siapakah pencuri
Jawabnya: ialah pisang yang berbuah mangga
Tak demikian Allah menata
Maka berdusta ia

Ditanyakan kepadanya siapakah penumpuk harta
Jawabnya: ialah matahari yang tak bercahaya
Tak demikian sunnatullah berkata
Maka cerdusta ia
Ditanyakan kepadanya siapakah pemalas
Jawabnya: bumi yang memperlambat waktu edarnya
Menjadi kacaulah sistem alam semesta
Maka berdusta ia
Ditanyakan kepadanya sapakah penindas
Jawabnya: ialah gunung berapi masuk kota
Dilanggarnya tradisi alam dan manusia
Maka berdusta ia
Ditanyakan kepadanya siapa pemanja kebebasan
Ialah burung terbang tinggi menuju matahari
Burung Allah tak sedia bunuh diri
Maka berdusta ia
Ditanyakn kepadanya siapa orang lalai
Ialah siang yang tak bergilir ke malam hari
Sedangkan Allah sedemikian rupa mengelola
Maka berdusta ia
Ditanyakan kepadanya siapa orang ingkar
Ialah air yang mengalir ke angkasa
Padahal telah ditetapkan hukum alam benda
Maka berdusta ia
Kemudian siapakah penguasa yang tak memimpin
Ialah benalu raksasa yang memenuhi ladang
Orang wajib menebangnya
Agar tak berdusta ia
Kemudian siapakah orang lemah perjuangan
Ialah api yang tak membakar keringnya dedaunan
Orang harus menggertak jiwanya
Agar tak berdusta ia
Kemudian siapakah pedagang penyihir
Ialah kijang kencana berlari di atas air
Orang harus meninggalkannya
Agar tak berdusta ia
Adapun siapakah budak kepentingan pribadi
Ialah babi yang meminum air kencingnya sendiri
Orang harus melemparkan batu ke tengkuknya
Agar tak berdusta ia
Dan akhirnya siapakah orang tak paham cinta
Ialah burung yang tertidur di kubangan kerbau
Nyanyikan puisi di telinganya
Agar tak berdusta ia

1988

Baca Selengkapnya......

DOA PESAKITAN

EAN

GUSTI,
seperti kapan saja
kami para hamba
tak berada di mana-mana
melainkan di hadapan Mu jua
ini sangat sederhana
tetapi kami sering lupa
sebab mengalahkan musuh-musuh Mu
yang kecil saja, kami tak kuasa

GUSTI,
inilah tawanan Mu
tak berani menengadahkan muka
mripat kami yang terbuka
telah lama menjadi buta
sebab menyia-nyiakan dirinya
dengan hanya menatap hal-hal maya

GUSTI,
cinta kami kepada Mu tak terperi
namun itu tak diketahui
oleh diri kami sendiri
maka tolong ajarilah kami
agar sanggup mengajari diri sendiri
menyebut nama Mu seribu kali sehari
karena meski hanya sehuruf saja dari Mu
takkan tertandingi

GUSTI,
kami berkumpul disini
untuk mengukur keterbatasan kami
melontarkan beratus beribu kata
seperti buih-buih
melayang-layang di udara
diisap kembali oleh Maha Telinga
sehingga tinggal jiwa kami termangu
menunggu ishlah dari Mu
agar jadi bening dan tahu malu
GUSTI,
kami pasrah sepasrah-pasrahnya
kami telanjang setelanjang-telanjangnya
kami syukuri apapun
sebab rahasia Mu agung
tak ada apa-apa yang penting
dalam hidup yang cuma sejenak ini
kecuali berlomba lari
untuk melihat telapak kaki siapa
yang paling dulu menginjak
halaman rumah Mu
GUSTI,
lihatlah
mulut kami fasih
otak kami secerdik setan
jiwa kami luwes
bersujud bagai para malaikat Mu
namun saksikan
adakah hidup kami mampu begitu ?
langkah kami yang mantap dan dungu
hasil-hasil kerja kami yang gagah dan semu
arah mata kami yang bingung dan tertipu
akan sanggupkah melunasi hutang kami
kepada kasih cinta penciptaan Mu ?
GUSTI,
masa depan kami sendiri kami bakar
namun Engkau betapa amat sabar
peradaban kami semakin hina
namun betapa Engkau bijaksana
kelakuan kami semakin nakal
namun kebesaran Mu maha kekal
nafsu kami semakin rakus
tapi betapa rahmat Mu tak putus-putus
kemanusiaan kami semakin dangkal
sehingga Engkau menjadi terlampau mahal
GUSTI,
kamilah pesakitan
di penjara yang kami bangun sendiri
kamilah narapidana
yang tak berwajah lagi
kaki dan tangan ini
kami ikat sendiri
maka hukumlah dan ampuni kami
dan jangan biarkan terlalu lama menanti
DARI KUMPULAN PUISI :
SERIBU MASJID, SATU JUMLAHNYA
TAHAJJUD CINTA SEORANG

Baca Selengkapnya......

IKLAR

EAN

Di dalam sinar-Mu
Segala soal dan wajah dunia
Tak menyebabkan apa-apa
Aku sendirilah yang menggerakkan laku
Atas nama-Mu

Kuambil siakp, total dan tuntas
maka getaranku
Adalah getaran-Mu
lenyap segala dimensi
baik dan buruk, kuat dan lemah
Keutuhan yang ada
Terpelihara dalam pasrah dan setia
Menangis dalam tertawa
Bersedih dalam gembira
Atau sebaliknya
tak ada kekaguman, kebanggaan, segala belenggu
Mulus dalam nilai satu
Kesadaran yang lebih tinggi
Mengatasi pikiran dan emosi
menetaplah, berbahagialah
Demi para tetangga
tetapi di dalam kamu kosong
Ialah wujud yang tak terucapkan, tak tertuliskan
Kugenggam kamu
Kau genggam aku
Jangan sentuh apapun
Yang menyebabkan noda
Untuk tidak melepaskan, menggenggam lainnya
Berangkat ulang jengkal pertama

1997
Antologi Puisi XIV Penyair Yogya, MALIOBORO, 1997


Baca Selengkapnya......

KAMBING

EAN

kambing semacam itu pernah kau jumpaikah
yakni yang menyusu ke putingnya sendiri
sehingga tulang punggungnya patah
dan anak-anaknya haus roboh terkulai

kambing semacam itu pernah kau jumpaikah
yang membuntu lobang putingnya sendiri
seluruh air susu tubuhnya ia monopoli
hingga akhirnya mati sendiri

hanya manusialah yang demikian
jenis hewan yang diperbudak keserakahan
mencakar-cakar orang lain dengan kuku setan
sesudah uzur usia baru disiksa kecemasan

kata almuhammadi itulah jenis kebodohan
orang tak belajar kepada zakat dan kasih
makin kaya makin ditimpa kemiskinan
akhirnya dari jiwanya sendiri tersisih
EMHA AINUN NADJIB - 1986
DARI KUMPULAN PUISI :
SERIBU MASJID SATU JUMLAHNYA,
TAHAJJUD CINTA SEORANG HAMBA

Baca Selengkapnya......

KITA MASUKI PASAR RIBA

EAN

Kita pasar r iba
Medan perang keserakahan
Seperti ikan dalam air tenggelam
Tak bisa ambil jarak
Tak tahu langit
Ke kiri dosa ke kanan dusta

Bernapas air
Makan minum air
Darah riba mengalir
Kita masuki pasar riba
Menjual diri dan Tuhan
Untuk membeli hidup yang picisan
Telanjur jadi uang recehan
Dari putaran riba politik dan ekonomi
Sistem yang membunuh sebelum mati
Siapakah kita ?
Wajah tak menentu jenisnya
Tiap saat berganti nama
Tegantung kepentingannya apa
Tergantung rugi atu laba
Kita pilih kepada siapa tertawa
1987

Baca Selengkapnya......

KETIKA ENGKAU BERSEMBAHYANG

EAN

Ketika engkau bersembahyang
Oleh takbirmu pintu langit terkuakkan
Partikel udara dan ruang hampa bergetar
Bersama-sama mengucapkan allahu akbar

Bacaan Al-Fatihah dan surah
Membuat kegelapan terbuka matanya
Setiap doa dan pernyataan pasrah
Membentangkan jembatan cahaya
Tegak tubuh alifmu mengakar ke pusat bumi
Ruku' lam badanmu memandangi asal-usul diri
Kemudian mim sujudmu menangis
Di dalam cinta Allah hati gerimis
Sujud adalah satu-satunya hakekat hidup
Karena perjalanan hanya untuk tua dan redup
Ilmu dan peradaban takkan sampai
Kepada asal mula setiap jiwa kembali
Maka sembahyang adalah kehidupan ini sendiri
Pergi sejauh-jauhnya agar sampai kembali
Badan di peras jiwa dipompa tak terkira-kira
Kalau diri pecah terbelah, sujud mengutuhkannya
Sembahyang di atas sajadah cahaya
Melangkah perlahan-lahan ke rumah rahasia
Rumah yang tak ada ruang tak ada waktunya
Yang tak bisa dikisahkan kepada siapapun
Oleh-olehmu dari sembahyang adalah sinar wajah
Pancaran yang tak terumuskan oleh ilmu fisika
Hatimu sabar mulia, kaki seteguh batu karang
Dadamu mencakrawala, seluas 'arasy sembilan puluh sembilan

1987

Baca Selengkapnya......

KUDEKAP KUSAYANG-SAYANG

EAN

Kepadamu kekasih kupersembahkan segala api keperihan
di dadaku ini demi cintaku kepada semua manusia
Kupersembahkan kepadamu sirnanya seluruh kepentingan
diri dalam hidup demi mempertahankan kemesraan rahasia,
yang teramat menyakitkan ini, denganmu

Terima kasih engkau telah pilihkan bagiku rumah
persemayaman dalam jiwa remuk redam hamba-hambamu
Kudekap mereka, kupanggul, kusayang-sayang, dan ketika
mereka tancapkan pisau ke dadaku, mengucur darah dari
mereka sendiri, sehingga bersegera aku mengusapnya,
kusumpal, kubalut dengan sobekan-sobekan bajuku
Kemudian kudekap ia, kupanggul, kusayang-sayang,
kupeluk,
kugendong-gendong, sampai kemudian mereka tancapkan
lagi pisau ke punggungku, sehingga mengucur lagi darah
batinnya, sehingga aku bersegera mengusapnya,
kusumpal,
kubalut dengan sobekan-sobekan bajuku, kudekap,
kusayang-sayang.

1994
(Dari Kumpulan sajak Abracadabra Kita Ngumpet,
Yayasan Bentang Budaya Yogyakarta, 1994, halaman 7)
Republika, 24 Januari 1999

Baca Selengkapnya......

LAUTAN JILBAB

EAN

Para malaikat Allah tak bertelinga, tapi mereke mendengar suara nyanyian beribu-ribu jilbab
Para malaikat Allah tak memiliki mata, tapi mereka menyaksikan derap langkah beribu jilbab
Para malaikat Allah tak punya jantung, tapi sanggup mereka rasakan degub kebangkitan jilbab yang seolah berasal dari dasar bumi
Para malaikat Allah tak memiliki bahasa dan budaya, tapi dari galaksi mereka seakan-akan
terdengar suara: Ini tidak main-main! Ini lebih dari sekedar kebangkitan sepotong kain!

Para malaikat Allah seolah sedang bercakap-cakap di antara mereka
Kebudayaan jilbab itu, bersungguh-sungguhkah mereka?
O, amatilah dengan teliti: ada yang bersungguh-sungguh, ada yang akan bersungguh-sungguh, ada yang tidak bisa tidak bersungguh-sungguh
Sedemikian pentingkah gerakan jilbab di negeri itu?
O, sama pentingnya dengan kekecutan hati semua kaum yang tersingkir, sama pentingnya dengan keputusasaan kaum gelandangan, sama pentingnya dengan kematian jiwa orang-orang malang yang dijadikan alas kaki sejarah
Bagaimana mungkin ada kelahiran di bawah injakan kaki Dajjal? Bagaimana mungkin muncul kebangkitan dari rantai belenggu kejahiliyahan?
O, kelahiran sejati justru dari rahim kebobrokan, kebangkitan yang murni justru dari himpitan-himpitan
Alamkah yang melahirkan gerakan itu atau manusia?
O, alam dalam diri manusia. Alam tak boleh benar-benar takluk oleh setajam apapun pedang peradaban manusia, alam tak diperkenankan sungguh-sungguh tunduk di bawah kelicikan tuan-tuannya
Apakah burung-burung Ababil akan menabur dari langit untuk menyerbu para gajah yang durjana?
O, burung-burung Ababil melesat keluar dari kesadaran pikiran, dari dzikir jiwa dan kepalan tangan

Para malaikat Allah yang jumlahnya tak terhitung, berseliweran melintas-lintas ke berjuta arah di seputar bumi
Para malaikat Allah yang amat lembut sehingga seperjuta atom tak sanggup menggambarkannya
Para malaikat Allah yang besarnya tak terkirakan oleh matematika ilmu manusia sehingga
seluruh jagat raya ini disangga di telapak tangannya
Tergetar, tergetar sesaat, oleh raungan sukma dari bumi
Para malaikat Allah seolah bergemeremang bersahut-sahutan di antara mereka
Apa yang istimewa dari kain yang dibungkuskan di kepala?
O, hanya ketololan yang menemukan jilbab sekedar sebagai pakaian badan
Lihatlah perlahan-lahan makin banyak manusia yang memakai jilbab, lihatlah kaum lelaki
berjilbab, lihatlah rakyat manusia berjilbab, lihatlah ummat-ummat berjilbab, lihatlah siapapun saja yang memerlukan perlindungan, yang memerlukan genggaman keyakinan, yang memerlukan cahaya pedoman, lihatlah mereka semua berjilbab
Adakah jilbab itu semacam tindakan politik, semacam perwujudan agama, atau pola perubahan kebudayaan?
Para malaikat Allah yang bening bagai cermin segala cermin, seolah memantulkan
suara-suara:
JILBAB INI LAGU SIKAP KAMI, TINTA KEPUTUSAN KAMI, LANGKAH-LANGKAH DINI PERJUANGAN KAMI
JILBAB INI SURAT KEYAKINAN KAMI, JALAN PANJANG BELAJAR KAMI, PROSES PENCARIAN KAMI
JILBAB INI PERCOBAAN KEBERANIAN DI TENGAH PENDIDIKAN KETAKUTAN YANG TERTATA DENGAN RAPI
JILBAB INI PERCIKAN CAHAYA DARI TENGAH KEGELAPAN, ALOTNYA KEJUJURAN DI TENGAH HARI-HARI DUSTA
JILBAB INI EKSPERIMEN KELEMBUTAN UNTUK MELADENI JAM-JAM BRUTAL DARI KEHIDUPAN
JILBAB INI USAHA PERLINDUNGAN DARI SERGAPAN-SERGAPAN

Dunia entah macam apa, menyergap kami
Sejarah entah ditangan siapa, menjaring kami
Kekuasaan entah dari napsu apa, menyerimpung kami
Kerakusan dengan ludah berbusa-busa, mengotori wajah kami
Langkah kami terhadang, kaki kami terperosok di
pagar-pagar jalan protokol peradaban ini
Buku-buku pelajaran memakan kami
Tontonan dan siaran melahap kami
Iklan dan barang jualan menggiring kami
Panggung dan meja-meja birokrasi mengelabui kami
Mesin pembodoh kami sangka bangku sekolah
Ladang-ladang peternakan kami sangka rumah ibadah
Mulut kami terbungkam, mata kami nangis darah
Hidup adalah mendaki pundak orang-orang lain
Hari depan ialah menyuap, disuap, menyuap, disuap
Kalau matahari terbit kami sarapan janji
Kalau matahari mengufuk, kami dikeloni janji
Kalau pagi bangkit, kami ditidurkan
Ketika hari bertiup, kami dininabobokan
Kaum cerdik pandai suntuk mencari permaafan atas segala kebobrokan
Kaum ulama sibuk merakit ayat-ayat keamanan
Para penyair pahlawan berkembang menjadi pengemis
Tidak ada perlindungan bagi kepala kami yang ditaburi virus-virus
Tak ada perlindungan bagi akal pikiran kami yang dibonsai
Tak ada perlindungan bagi hati nurani kami yang
dipanggang diatas tungku api congkak kekuasaan
Tungku api kekuasaan yang halus, lembut dan kejam
Tak ada perlindungan bagi iman kami yang dicabik-cabik dengan pisau-pisau beracun
Tak ada perlindungan bagi kuda-kuda kami yang digoyahkan oleh keputusan sepihak yang dipaksakan
Tak ada perlindungan bagi akidah kami yang ditempeli topeng-topeng, yang dirajam, dimanipulir oleh rumusan-rumusan palsu yang memabukkan
Tak ada perlindungan bagi padamnya matahari hak kehendak kami yang diranjau
Maka inilah jilbab. Inilah Jilbab!
Ini FURQAN, pembeda antara HAQ dan BATHIL
Jarak antara keindahan dengan kebusukan
Batas antara baik dan buruk, benar dan salah
Kami menyarungkan keyakinan dikepala kami
Menyarungkan pilihan, keputusan, keberanian dan ISTIQAMAH, dinurani dan jiwaraga kami
Ini jilbab Ilahi Rabbi, jilbab yang mengajarkan ilmu menapak dalam irama
Ilmu untuk tidak tergesa, ilmu tak melompati waktu dan batas realitas
Ilmu bernapas setarikan demi setarikan, selangkah demi selangkah, hikmah demi hikmah
rahasia demi rahasia, kemenangan demi kemenangan
Para malaikat Allah yang lembut melebihi kristal, para malaikat Allah yang suaranya tak bisa didengarkan oleh segala macam telinga, berbisik-bisik di antara mereka
Wahai! Anak-anak tiri peradaban! Anak-anak jadah kemajuan dan perkembangan!
Anak-anak yatim sejarah, sedang menghimpun akal sehat
Menabung hati bening, menerobos ke masa depan yang kasat mata
Lautan Jilbab! Lautan Jilbab! Gelombang perjuangan, luka pengembaraan, tak mungkin bisa dihentikan Wahai! Sunyi telah memulai bicara!
Dari buku kecil "Syair Lautan Jilbab".

Baca Selengkapnya......

MEMECAH MENGUTUHKAN

EAN

Kerja dan fungsi memecah manusia
Sujud sembahyang mengutuhkannya
Ego dan nafsu menumpas kehidupan
Oleh cinta nyawa dikembalikan

Lengan tanganmu tanggal sebelah
Karena siang hari politik yang gerah
Deru mesin ekonomi membekukan tubuhmu
Cambuk impian membuat jiwamu jadi hantu
Suami dan istri tak saling mengabdi
Tak mengalahkan atau memenangi
Keduanya adalah sahabat bergandengan tangan
Bersama-sama mengarungi jejeak Tuhan
Kalau berpcu mempersaingkan hari esok
Jangan lupakan cinta di kandungan cakrawala
Kalau cemas karena diiming-imingi tetangga
Berkacalah pada sunyi di gua garba rahasia

1987

Baca Selengkapnya......

Minggu, Mei 18, 2008

DARI BENTANGAN LANGIT

EAN

Dari bentangan langit yang semu
Ia, kemarau itu, datang kepadamu
Tumbuh perlahan. Berhembus amat panjang

Menyapu lautan. Mengekal tanah berbongkahan
menyapu hutan !
Mengekal tanah berbongkahan !
datang kepadamu, Ia, kemarau itu
dari Tuhan, yang senantia diam
dari tangan-Nya. Dari Tangan yang dingin dan tak menyapa
yang senyap. Yang tak menoleh barang sekejap.

1997
Antologi Puisi XIV Penyair Yogya, MALIOBORO

Baca Selengkapnya......

Cahaya Aurat

EAN

Ribuan jilbab berwajah cinta
Membungkus rambut, tubuh sampai ujung kakinya
karena hakekat cahaya Allah
Ialah terbungkus di selubung rahasia

Siapa bisa menemukan cahaya?
Ialah suami, bukan asal manusia
JIka aurat dipamerkan di koran dan di jalanan
Allah mengambil kembali cahayaNya

Tinggal paha mulus dan leher jenjang
Tinggal bentuk pinggul dan warna buah dada
Para lelaki yang memelototkan mata
Hanya menemukan benda

JIka wanita bangga sebagai benda
Turun ke tingkat batu derajat kemakhlukannya
Jika lelaki terbius oleh keayuan dunia
Luntur manusianya, tinggal syahwatnya

Baca Selengkapnya......

Berlindung Dari 5 Kesombongan

EAN

Ya Allah
hamba berlindung kepadaMu dari kesombongan orang berkuasa,
yang berdiri gagah tanpa punya malu karena merasa diri mereka lebih tinggi dari rakyatnya,
padahal rakyatnya itulah yang meletakkannya di kursi dan membiayai hidup mereka,
namun rakyat itu pulalah yang menjadi sasaran dari palu dan senapan para penguasa

Ya Allah
hamba berlindung kepadaMu dari kesombongan orang kaya,
yang berjalan acuh tak acuh dan mendongakkan kepalanya karena merasa dirinya lebih penting di banding orang-orang lainnya,
padahal orang banyak itulah sumber penghidupan dan kekayaannya,
namun orang banyak itu pulalah yang selalu disuruh siap dibeli kehormatannya dengan uang dan harta mereka

Ya Allah
hamba berlindung kepadaMu dari kesombongan orang pandai, yang selalu merasa lebih hebat dari orang lainnya,
sehingga ia membuka mulutnya lebar-lebar dan memuntahkan hujan kata-kata yang berasal dari perasaan pandai dan hebat didalam dirinya,
padahal inti kepandaian adalah kesanggupan untuk mendangarkan serta kerendahan hati untuk tidak banyak membuka mulut,
dan puncak tertinggi keterpelajaran berbanding sejajar dengan tingkat kesadaran atas kebodohan diri

Ya Allah
hamba berlindung kepadaMu dari kesombongan orang masyhur yang selalu merasa lebih khusus dibanding orang-orang disekitarnya,
yang menyangka bahwa kemasyhuran adalah kelebihan derajat atas orang lainnya,
yang mengira bahwa kemasyhuran adalah sama dengan keunggulan dan kehebatan,
yang perilakunya mengandalkan "karena aku masyhur maka aku hebat", bukan membuktikan bahwa "karena aku bermanfaat maka aku (terpaksa) masyhur"

Ya Allah
hamba berlindung kepadaMu dari kesombongan orang alim saleh,
yang ke mana-mana sibuk merasa bahwa yang selain dirinya adalah najis,
yang tidak punya kemampuan lain kecuali merasa dirinya suci dan selalu benar,
yang beranggapan bahwa Tuhan adalah anak buahnya, bahwa para Nabi dan Rasul adalah staf dan karyawannya untuk melaksanakan kepentingan-kepentingan diri dan golongannya

Baca Selengkapnya......

Berdzikir Hamba-Ku, Berdzikir!

EAN

Kalian berdzikir "Subhanallah"
Maha Suci Allah, Maha Suci Allah
Apa benar kalian mensucikan Aku?
Apa benar kehidupan kalian mensucikan Aku?
Apa benar watak dan perilaku kalian, kebudayaan dan kemajuan bangsa kalian - mensucikan Aku?

Kalian berdzikir "Alhamdulillah"
Segala puji bagi Allah, Segala puji bagi Allah
Apa benar perekonomian kalian memuji Aku?
Apa benar gedung-gedung kalian, kantor-kantor kalian, pertimbangan dan keputusan kalian, kasih dan sepak terjang kalian - memuji Aku?

Kalian berdzikir "Wa lailaha illallah",
Tiada tuhan selain Allah
Hai hamba-Ku, apa benar Akulah yang kalian tuhankan?
Apa benar Aku faktor primer dalam bagan strategi sejarah kalian?
Apa benar Aku yang nomor satu di dalam kerangka akal dan susunan pikiran kalian
Apa benar cinta kalian mendasar kepadaKu?
Apa benar Aku sedang menarik hati kalian, dibanding uang, keuntungan dan kekuasaan dunia?
Kalau Aku ikut Kontes Idola, apakah kalian kirim sms untuk memenangkan Aku?

Kalian berdzikir "Allahu Akbar"
Allah Maha Besar, Allah Maha Besar
Wahai hamba-Ku, apa tanda kebesaranKu di negeri penyembah berhala yang kalian bangga-banggakan ini?
Di bagian mana dari kebudayaanmu,
Di sebelah mana dari langkah politikmu
Di sudut mana dari gedung-gedung megah industrimu
Yang mencerminkan keunggulanKu?

Kau lakukan kedhaliman di sana-sini
Merata di seantero negeri
Kedhaliman yang samar sampai yang transparan
Kedhaliman struktural, sistemik
Bahkan kedhaliman yang telanjang dan kasat mata
Kedhaliman bahkan kepada dzatKu
Kepada hakekat dan syariat eksistensiKu
Kemudian kalian ucapkan "Allahu Akbar"
Tanpa sedikitpun rasa malu

Bahkan masjid-masjidmu, yakni rumah-rumah suciKu
Kalian pakai untuk menendangku
Sebagian dari kalian membangun rumahKu dengan sisa-sisa uang perampokan struktural
Sebagian dari kalian menegakkan rumahKu dengan biaya hasil mengemis-ngemis di tengah jalan

Kalian mengemis atas namaKu,
Kalian melantikku sebagai Sang Maha Pengemis
Di masjid-masjid kalian tertulis : Allah yang Maha Fakir Miskin.
Oleh karena itu setiap orang perlu menaruh rasa belas kasihan kepadaKu
Dan jika datang seorang koruptor membereskan semua pembiayaan masjid itu,
dialah yang kau puji-puji dan kau sanjung-sanjung

Baca Selengkapnya......

ANTARA TIGA KOTA

EAN

di yogya aku lelap tertidur
angin di sisiku mendengkur
seluruh kota pun bagai dalam kubur
pohon-pohon semua mengantuk
di sini kamu harus belajar berlatih
tetap hidup sambil mengantuk

kemanakah harus kuhadapkan muka
agar seimbang antara tidur dan jaga ?
Jakrta menghardik nasibku
melecut menghantam pundakku
tiada ruang bagi diamku
matahari memelototiku
bising suaranya mencampakkanku
jatuh bergelut debu
kemanakah harus juhadapkan muka
agar seimbang antara tidur dan jaga
surabaya seperti ditengahnya
tak tidur seperti kerbau tua
tak juga membelalakkan mata
tetapi di sana ada kasihku
yang hilang kembangnya
jika aku mendekatinya
kemanakah haru kuhadapkan muka
agar seimbang antara tidur dan jaga ?

1997
Antologi Puisi XIV Penyair Yogya, MALIOBORO

Baca Selengkapnya......

Aku Adalah Seorang Gelandangan

EAN

Hmmm...
Alangkah gandem rasa hidup, nongkrong diatas tiker malioboro malam hari, pesen gudheg tempe, teh jahe, rokoknya Dor! join sama kamu.
Kaki methingkrang ongkang-ongkang rasane jaman kang soyo lintang pukang.

Aku merasa akulah seorang gelandangan...
Sebab aku seorang gelandangan, maka akulah warga negara yang paling diistimewakan, memang cuma sedikit aja aku kebagian nikmatnya kehidupan, tapi aku bebas nangkring dimanapun dan tidur-tiduran, sebab semua orang yang berumah pada menutup jendela dan pintu-pintu, maka jiwaku langsung dibungkus oleh semesta.

Namaku duluan dicatat oleh para malaikat yang terbang mengendarai udara.
Apa kabar angin? Makin deras dan berbau busuk
Apa kabar pakdhe waringin? Makin dingin dan tidak habis-habisnya aku dikutuk.

Cuaca bangkit
Edan! Lihat itu tulisan, berpendar-pendar, mata tidak bisa dengan jelas melihat huruf-huruf tulisan di spanduk berbunyi "Musabaqoh Tilawatil Quran antar mahasiswa" dan kemudian disebelahnya spanduk yang lain bertuliskan "Lomba Disko! Lomba Disko! Bergaya model Jon Tralala"...
AKu membayangkan pinggul yang digoyang-goyang, lampu redup,buah-buah kuldi dihentak-hentakkan.
Aku memandangi sel-sel gemetar, aku terbakar, aku memandang semangat dan napsu yang berkibar-kibar. C'mon my love...c'mon my love...c'mon my love...
Laa ilaaha illalah Muhammadarrasullullah
laa haula walaa quwata ilaa billahi aliyul adziim
Sayup-sayup aku mendengar suara bayangan Tuhan dari tempat yang agak jauh.
Bayangan suara Tuhan dan pinggul yang digoyang-goyang.

Kenapa kamu gatal memandangnya sebagai wayang yang jejer berhadapan, kata orang-orang inilah lanskap yang membingungkan.
He...he...he...apa salahnya kitab suci dilombakan, karena kitab suci bagi kita hanya untuk dilomba-lombakan?
Dan apa salahnya pinggul digoyang-goyang kalau memang untuk jiwa kita yang menggelegak bagai lautan tidak ada lain yang bisa memberi tawaran, wahai...wahai kamu bintang gemintang.
Kamu telah ditipu oleh arah...arah...arah.
Utara dan selatan hanyalah arah, tetapi utara bisa menjadi selatan dan selatan bisa menjadi utara, tergantung dimana engkau berada dan kemana engkau memandangnya.
Jadi ayo...ayolah ini bayangan suara Tuhan, dan ini pinggul yang terus digoyang-goyang!...

Lirih ditelingaku terdengar suara ibu, "Pak anak kita Bety kok belum juga datang ya pakne ya?"
Bapak menjawab, "Anak kita itukan bukan Bety to Bu, namanya kan Fatimah"
"Baiklah Fatimah, tetpai malam-malam begini kok belum juga datang?"
"Ya tentu belum, dia kan jadi panitia MTQ, tapi katanya sesudah itu langsung akan terus ke Kolombo Disko"

Jabang bayi, jantan betina!
Inikah yang disebut gelagat jaman yang luwes, warna yang samar atau pelajaran bagaiman memahami inti nilai yang lebih tersembunyi?
Hari-hari berputar, kita terserimpung menjadi engsel dalam roda mesin yang lancap, ketika makin jelas hidup adalah pentas barong yang tidak pernah bubar-bubar.
Kita terhimpit beku dalam lingkaran setan, karena itu berdoalah semoga malaikat juga sempat bikin lingkaran-lingkaran.
Ini gereja, ini mesjid, ini kuil, ini Diamond Nite Club...Ini penari-penari bugil, ini peradaban-peradaban yang tinggi, ini kultur ultra moderen
Ini daging kehormatan dengan dua ribu perak silakan pesan...

Tertawalah...tertawalah...tertawalah....
Memang ini semua enak untuk dikunyah-kunyah dalam tawa
Oleng!
Alam dipak dalam kaleng, hidup hilang jiwa, gedung-gedung dan lampu-lampu megah menegaskan sukma yang kosong dan fana.
Marilah cintai dunia lebih dari segala-galanya!
Mari kita jual hidup kita untuk segumpal benda untuk sebiji status, dan sekeranjang prestis.
Kita bikin sendiri berhala-berhala kita, bergabung kita dengan komputer sekaligus dengan dupa-dupa.
Kenapa tidak...kenapa tidak???
Hidup ialah perebutan, pertarungan sejumput makanan, seporsi kenikmatan dalam usus.
Hidup adalah sebidang tanah, seperangkat gedung, satu drum gengsi sosial, plus sejumlah ekstase-ekstase picisan.
Jadi kenapa tidak?
Hidup adalah membangun bukit, meskipun peti mati jelas amatlah sempit
Hidup ialah mencungkil matahari
Hidup adalah merobek-langit, terlempar kita oleh kekuatan kita sendiri tanpa bisa kembali bangkit...

Tapi aku hanya seorang gelandangan, aku tidak pernah dihitung kecuali sebagai seonggok kotoran.
Aku tidak dikehendaki kecuali lenyap dan mati
Beberapa orang gelandangan diusir dari kehidupan, mereka bermimpi terbang bersama burung-burung di awan.
Hidup dan mati hanya kata alam, karena itu marilah rebahkan badan bersembahyang...bersembahyang...bersembahyang
Allahu Akbar...Allahu Akbar...
Asyahdu alaa ilaaha illalah...
Wa asyhadu anna Muhammadarrasulullah...
Hayya ala sholah...
Hayya ala falah...
Qodqomati sholah...
Allahu Akbar...Allahu Akbar
Laa Ilaaha illalah...

Baca Selengkapnya......

ABRACADABRA, KITA SEMBUNYI

EAN

abracadabra kita tiarap
karena tak ada janji peluru itu
tidak untuk ditembakkan ke jidat kita
abracadabra kita sembunyi
karena kata merdeka masih belum selesai diperdebatkan
abracadabra kita masuk liang-liang gelap
karena tak ada siapa-siapa yang menjamin apa-apa
abracadabra kita cuma bisa mabuk
sehingga kita tidak tahu bahwa kita mabuk
abracadabra kita semakin mabuk
karena setiap ingatan terlalu menusuk

Tuhan, kamu jangan tertawa
nyawa kami tidak hilang, hanya ketlingsut entah dimana
dengarkan tetap kami puja keperkasaan Mu
dalam kekaguman kami kepada diri kami sendiri
yang tetap bisa hidup
tanpa hak bicara dan peluang untuk berbagi
tidakkah kamu terharu menyaksikan kepengecutan kami ?
dan mungkinkah kamu mengutuk rasa takut dalam jiwa kami
sedangkan ketakutan adalah anugerah Mu sendiri ?

abracadabra otak kita bercanggih-canggih mengembara
berebut thema-thema yang tak ada hubungannya dengan apa-apa
abracadabra kita berjoget
karena sisa rakhmat Mu yang bisa dinikmati hanyalah situasi-situasi lupa
abracadabra kita meniup balon-balon kosong
abracadabra kita menggelembungkan tahayul agama
halusinasi politik dan mitos-mitos kesenian
abracadabra kita bercumbu dengan gincu ilmu omong kosong
abracadabra kita jatuh
terserimpung oleh langkah kita sendiri
abracadabra kita berlari ke utara
tiba-tiba dihadang oleh selatan
abracadabra kita terjun ke air, ternyata batu
abracadabra kita mengulum api
kita tersenggak oleh asap-asap yang semakin membumbung ke ubun-ubun kita

abracadabra baru kita tahu apa yang dianggap mengganggu ketenteraman ?
ialah KEBENARAN
abracadabra gerangan apa yang bagi mereka merusak tatanan ?
ialah KEADILAN
abracadabra dan apa kiranya puncak kejahatan ?
namanya KEBEBASAN

DARI KUMPULAN PUISI " DOA MOHON KUTUKAN "

Baca Selengkapnya......

Rabu, Mei 07, 2008

Sunan Kalijaga


(tokoh ini dikenal mempunyai kontribusi yang banyak terhadap perkembangan wayang di Jawa, baik dalam pergelarannya, bentuk wayang, gending dan tembang yang biasa digunakan dalan pergelaran wayang)

HUTAN Jatiwangi, pada suatu masa. Di rindang lebat pepohonan jati di kawasan Lasem, Rembang, Jawa Tengah, itu dua lelaki berbeda umur tegak berhadapan. Yang satu pemuda berpakaian serba hitam. Di depannya seorang pria lebih tua, dibalut busana serba putih. Sebatang tongkat menyangga tubuhnya.

Pemuda berbaju hitam itu bernama Lokajaya, berandal yang gemar membegal pejalan yang melewati hutan Jatiwangi. Ia silau oleh kemilau kuning keemasan gagang tongkat yang dibawa pria berjubah putih. Siapa pun orang berjubah putih itu, layaklah ia menjadi mangsa Lokajaya. Dan ketika tongkat itu direbut, orang tua tadi sama sekali tak berlawan.

Ia tersungkur di tanah, kehilangan keseimbangan. Tongkat berkepala emas itu berpindah tangan. Bangkit dari jatuhnya, orang tua itu memberi nasihat, dengan tutur kata lembut. Nasihat inilah yang mengubah jalan hidup Lokajaya. Ia menjadi murid orang tua itu --yang tiada lain daripada Sunan Bonang. Lokajaya sendiri kemudian dikenal sebagai Sunan Kalijaga.

Begitulah legenda Sunan Kalijaga mengalir, dalam berbagai versi. Jalan hidup sunan yang satu ini tercantum dalam berbagai naskah kuno, babad, serat, hikayat, atau hanya cerita tutur turun-temurun. Mudah dipahami kalau muatannya berbeda-beda. Begitu pula halnya dengan asal-usul Sunan Kalijaga.

Menurut Babad Tanah Jawi, Sunan Kalijaga adalah putra Wilwatikta, Adipati Tuban. Nama aslinya Raden Said, atau Raden Sahid. Menurut babad dan serat, Sunan Kalijaga juga disebut Syekh Malaya, Raden Abdurrahman, dan Pangeran Tuban. Gelar ''Kalijaga'' sendiri punya banyak tafsir.

Ada yang menyatakan, asalnya dari kata jaga (menjaga) dan kali (sungai). Versi ini didasarkan pada penantian Lokajaya akan kedatangan Sunan Bonang selama tiga tahun, di tepi sungai. Ada juga yang menulis, kata itu berasal dari nama sebuah desa di Cirebon, tempat Sunan Kalijaga pernah berdakwah.

Kelahiran Sunan Kalijaga pun menyimpan misteri. Ia diperkirakan lahir pada 1430-an, dihitung dari tahun pernikahan Kalijaga dengan putri Sunan Ampel. Ketika itu Sunan Kalijaga diperkirakan berusia 20-an tahun. Sunan Ampel, yang diyakini lahir pada 1401, ketika menikahkan putrinya dengan Sunan Kalijaga, berusia 50-an tahun.

Sunan Kalijaga dilukiskan hidup dalam empat era pemerintahan. Yakni masa Majapahit (sebelum 1478), Kesultanan Demak (1481-1546), Kesultanan Pajang (1546-1568), dan awal pemerintahan Mataram (1580-an). Begitulah yang dinukilkan Babad Tanah Jawi, yang memerikan kedatangan Sunan Kalijaga ke kediaman Panembahan Senopati di Mataram.

Tak lama setelah itu, Sunan Kalijaga wafat. Jika kisah itu benar, Sunan Kalijaga hidup selama sekitar 150-an tahun! Tapi, lepas dari berbagai versi itu, kisah Sunan Kalijaga memang tak pernah padam di kalangan masyarakat pesisir utara Jawa Tengah, hingga Cirebon. Terutama caranya berdakwah, yang dianggap berbeda dengan metode para wali yang lain.

Ia memadukan dakwah dengan seni budaya yang mengakar di masyarakat. Misalnya lewat wayang, gamelan, tembang, ukir, dan batik, yang sangat populer pada masa itu. Babad dan serat mencatat Sunan Kalijaga sebagai penggubah beberapa tembang, di antaranya Dandanggula Semarangan --paduan melodi Arab dan Jawa.

Tembang lainnya adalah Ilir-Ilir, meski ada yang menyebutnya karya Sunan Bonang. Lariknya punya tafsir yang sarat dengan dakwah. Misalnya tak ijo royo-royo dak sengguh penganten anyar. Ungkapan ijo royo-royo bermakna hijau, lambang Islam. Sedangkan Islam, sebagai agama baru, diamsalkan penganten anyar, alias pengantin baru.

Peninggalan Sunan Kalijaga lainnya adalah gamelan, yang diberi nama Kanjeng Kyai Nagawilaga dan Kanjeng Kyai Guntur Madu. Gamelan itu kini disimpan di Keraton Yogyakarta dan Keraton Surakarta, seiring dengan berpindahnya kekuasan Islam ke Mataram. Pasangan gamelan itu kini dikenal sebagai gamelan Sekaten.

Karya Sunan Kalijaga yang juga menonjol adalah wayang kulit. Ahli sejarah mencatat, wayang yang digemari masyarakat sebelum kehadiran Sunan Kalijaga adalah wayang beber. Wayang jenis ini sebatas kertas yang bergambar kisah pewayangan. Sunan Kalijaga diyakini sebagai penggubah wayang kulit.

Tiap tokoh wayang dibuat gambarnya dan disungging di atas kulit lembu. Bentuknya berkembang dan disempurnakan pada era kejayaan Kerajaan Demak, 1480-an. Cerita dari mulut ke mulut menyebut, Kalijaga juga piawai mendalang. Di wilayah Pajajaran, Sunan Kalijaga lebih dikenal sebagai Ki Dalang Sida Brangti.

Bila sedang mendalang di kawasan Tegal, Sunan Kalijaga bersalin nama menjadi Ki Dalang Bengkok. Ketika mendalang itulah Sunan Kalijaga menyisipkan dakwahnya. Lakon yang dimainkan tak lagi bersumber dari kisah Ramayana dan Mahabarata. Sunan Kalijaga mengangkat kisah-kisah carangan.

Beberapa di antara yang terkenal adalah lakon Dewa Ruci, Jimat Kalimasada, dan Petruk Dadi Ratu. Dewa Ruci ditafsirkan sebagai kisah Nabi Khidir. Sedangkan Jimat Kalimasada tak lain perlambang dari kalimat syahadat. Bahkan kebiasan kenduri pun jadi sarana syiarnya.

Sunan Kalijaga mengganti puja-puji dalam sesaji itu dengan doa dan bacaan dari kitab suci Al-Quran. Di awal syiarnya, Kalijaga selalu berkeliling ke pelosok desa. Menurut catatan Prof. Husein Jayadiningrat, Kalijaga berdakwah hingga ke Palembang, Sumatera Selatan, setelah dibaiat sebagai murid Sunan Bonang.

Di Palembang, ia sempat berguru pada Syekh Sutabaris. Cuma, keberadaan Sunan Kalijaga di ''bumi Sriwijaya'' itu tidak meninggalkan catatan tertulis. Hanya disebut dalam Babad Cerbon, Sunan Kalijaga tiba di kawasan Cirebon setelah berdakwah dari Palembang. Konon, Kalijaga ingin menyusul Sunan Bonang, yang pergi ke Mekkah.

Tapi, oleh Syekh Maulana Magribi, Kalijaga diperintahkan balik ke Jawa. Babad Cerbon menulis, Sunan Kalijaga menetap beberapa tahun di Cirebon, persisnya di Desa Kalijaga, sekitar 2,5 kilometer arah selatan kota. Pada awal kedatangannya, Kalijaga menyamar dan bekerja sebagai pembersih masjid Keraton Kasepuhan.

Di sinilah Sunan Kalijaga bertemu dengan Sunan Gunung Jati. Kisah pertemuannya rada-rada aneh. Sunan Gunung Jati sengaja menguji Kalijaga dengan sebongkah emas. Emas itu ditaruh di padasan, tempat orang mengambil wudu. Kalijaga sendiri tak kaget mengingat ajaran Sunan Ampel, ''ojo gumunan lan kagetan'' (jangan mudah heran dan terkejut).

Ia ''menyulap'' emas menjadi batu bata, dan menjadikannya tempat menaruh bakiak bagi orang yang berwudu. Giliran Sunan Gunung Jati yang takjub. Ia pun ''menganugerahkan'' adiknya, Siti Zaenah, untuk diperistri Sunan Kalijaga. Hanya beberapa tahun Sunan Kalijaga dikisahkan menetap di Cirebon.

Dakwahnya berlanjut ke arah timur, lewat pesisir utara sampai ke Kadilangu, Demak. Di sinilah diyakini Sunan Kalijaga menetap lama hingga akhir hayatnya. Kadilangu merupakan tempat Sunan Kalijaga membina kehidupan rumah tangga. Istri yang disebut-sebut hanyalah Dewi Sarah, putri Maulana Ishak.

Pernikahan dengan Dewi Sarah itu membuahkan tiga anak, satu di antaranya Raden Umar Said, yang kelak bergelar Sunan Muria. Sunan Muria dan Sunan Kudus tergolong satu aliran dalam berdakwah dengan Sunan Kalijaga. Metode dakwah aliran Kalijaga itu amat keras ditentang Sunan Ampel, mertuanya, dan Sunan Drajat, kakak iparnya.

Hingga kini para pengikut ajaran Sunan Kalijaga, Sunan Muria, dan Sunan Kudus dikenal dengan sebutan kelompok ''Islam abangan''. Julukan ini hingga kini melekat pada masyarakat di sepanjang pesisir utara, dari Demak, Semarang, Tegal, hingga Cirebon. Selain dakwah dengan kontak budaya, kisah spektakuler lainnya adalah pendirian Masjid Agung Demak.

Babad Demak menyebutkan, masjid itu berdiri pada 1477, berdasarkan candrasengkala ''Lawang Trus Gunaning Janma'' --bermakna angka 1399 tahun Saka. Kisah pendirian Masjid Agung Demak sendiri banyak bercampur dengan dongeng. Masih belum jelas, benarkah kesembilan wali berada di tempat ini dalam satu waktu.

Untuk keperluan dakwah, Syarif Hidayatullah pada tahun itu juga menikahi Ratu Kawunganten. Dari pernikahan ini, dia dikarunia dua putra, Ratu Winahon dan Pangeran Sabangkingking. Pangeran Sabangkingking kemudian dikenal sebagai Sultan Hasanudin, dan diangkat jadi Sultan Banten. Ratu Winahon, yang lebih dikenal dengan sebutan Ratu Ayu, dinikahkah dengan Fachrulllah Khan, alias Faletehan.

SUNAN KALIJAGA


Raden. Mas Syahid atau yang kemudian dikenal dengan sebutan Sunan Kalijaga., adalah putera dari Ki Tumenggung Wilatika, bupati Tuban, ada pula yang mengatakan, bahwa nama lengkap ayah Sunan Kalijaga adalah Raden Sabur Tumenggung Wilatika, dikatakan dalam riwayat, bahwa dalam perkawinannya dengan Dewi Saroh Binti Maulana Ishak, Sunan Kalijaga juga memperoleh 3 orang putera, masing-masing : .R. Umar Said (Sunan Muria), Dewi Rakayuh dan Dewi Sofiah.

Diantara para Wali Sembilan, beliau terkenal sebagai seorang wali yang berjiwa besar, seorang pemimpin, mubaligh, pujangga dan filosofi. daerah operasinya tidak terbatas, oleh karena itu beliau adalah terhitung seorang mubaligh keliling (reizendle mubaligh). jikalau beliau bertabligh, senantiasa diikuti oleh pada kaum ningrat dan sarjana.

Kaum bangsawan dan cendekiawan amat simpatik kepada beliau. karena caranya beliau menyiarkan agama islam yang disesuaikan dengan aliran jaman, Sunan Kalijaga adalah adalah seorang wali yang kritis, banyak toleransi dan pergaulannya dan berpandangan jauh serta berperasaan dalam. Semasa hidupnya, sunan kalijaga terhitung seorang wali yang ternama serta disegani beliau terkenal sebagai seorang pujangga yang berinisiatif mengaran cerita-cerita wayang yang disesuaikan dengan ajaran Islam dengan lain perkataan, dalam cerita-cerita wayang itu dimaksudkan sebanyak mungkin unsur-unsur ke-Islam-an,. hal ini dilakukan karena pertimbangan bahwa masyarakat di Jawa pada waktu itu masih tebal kepercayaannya terhadap Hinduisme dan Buddhisme, atau tegasnya Syiwa Budha, ataupun dengan kata lain, masyarakat masih memagang teguh tradisi-tradisi atau adat istiadat lama.

Diantaranya masih suka kepada pertunjukan wayang, gemar kepada gamelan dan beberapa cabang kesenian lainnya, sebab-sebab inilah yang mendorong Sunan Kalijaga sebagai salah seorang mubaligh untuk memeras otak, mengatur siasat, yaitu menempuh jalan mengawinkan adat istiadat lama dengan ajaran-ajaran Islam assimilasi kebudayaan, jalan dan cara mana adalah berdasarkan atas kebijaksanaan para wali sembilan dalam mengambangkan Agama Islam di sini.

Sunan Kalijaga, namanya hingga kini masih tetap harum serta dikenang oleh seluruh lapisan masyrakat dari yang atas sampai yang bawah. hal ini adalah merupakan suatu bukti, bahwa beliau itu benar-benar manusia besar jiwanya, dan besar pula jasanya. sebagai pujangga, telah banyak mengarang berbagai cerita yang mengandung filsafat serta berjiwa agama, seni lukis yang bernafaskan Islam, seni suara yang berjiwakan tauhid. disamping itu pula beliau berjasa pula bagi perkembangan dari kehidupan wayang kulit yang ada sekarang ini.

Sunan Kalijaga adalah pengarang dari kitab-kitab cerita-cerita wayang yang dramatis serta diberi jiwa agama, banyak cerita-cerita yang dibuatnya yang isinya menggambarkan ethik ke-Islam-an, kesusilaan dalam hidup sepanjang tuntunan dan ajaran Islam , hanya diselipkan ke dalam cerita kewayangan. oleh karena Sunan Kalijaga mengetahui, bahwa pada waktu itu keadaan masyarakat menghendaki yang sedemikian, maka taktik perjuangan beliaupun disesuaikannya pula dengan keadaan ruang dan waktu.

Berhubung pada waktu itu sedikit para pemeluk agama syiwa budha yang fanatik terhadap ajaran agamanya, maka akan berbahaya sekali kiranya apabila dalam memperkembangkan agama islam selanjutnya tidak dilakukan dengan cara yang bijaksana. para wali termasuk didalamnya Sunan Kalijaga mengetahui bahwa rakyat dari kerajaan Majapahit masih lekat sekali kepada kesenian dan kebudayaan mereka, diantaranya masih gemar kepada gemalan dan keramaian-keramaian yang bersifat keagamaan Syiwa-Budha.

Maka setelah diadakan permusyawaratan para wali, dapat diketemukan suatu cara yang lebih supel, dengan maksud untuk meng-Islam-kan orang-orang yang belum masuk Islam. cara itu diketemukan oleh Sunan Kalijaga, salah seorang yang terkenal berjiwa besar, dan berpandangan jauh,berfikiran tajam, serta berasal dari suku jawa asli. disamping itu beliau juga ahli seni dan faham pula akan gamelan serta gending-gending (lagu-lagunya).

Maka dipesanlah oleh Sunan Kalijaga kepada ahli gamelan untuk membuatkan serancak gamelan, yang kemudian diberinya nama kyai sekati. hal itu adalah dimaksudkan untuk memperkembangkan Agama Islam.

Menurut adat kebiasaan pada setiap tahun, sesudan konperensi besar para wali, diserambi Masjid Demak diadakan perayaan Maulid Nabi yang diramaikan dengan rebana (Bhs. Jawa Terbangan) menurut irama seni arab. Hal ini oleh Sunan Kalijaga hendak disempurnakan dengan pengertian disesuaikan dengan alam fikiran masyarakat jawa. maka gamelan yang telah dipesan itupun ditempatkan diatas pagengan yaitu sebuah tarub yang tempatnya di depan halaman Masjid Demak, dengan dihiasai beraneka macam bungan-bungaan yang indah. gapura mashidpun dihiasinya pula, sehingga banyaklah rakyat yang tertarik untuk berkunjung ke sana, gamelan itupun kemudian dipukulinya betalu-talu dengan tiada henti-hentinya.

Kemudian dimuka gapura masjid, tampillah ke depan podium bergantian para wali memberikan wejangan-wejangan serta nasehat-nasehatnya uraian-uraiannya diberikan dengan gaya bahasa yang sangat menarik sehingga orang yang mendengarkan hatinya tertaik untuk masuk ke dalam masjid untuk mendekati gamelan yang sedang ditabuh, artinya dibunyikan itu. dan mereka diperbolehkan masuk ke dalam masjid, akan tetapi terlebih dahulu harus mengambil air wudlu di kolas masjid melalui pintu gapura. upacara yang demikian ini mengandung simbolik, yang diartikan bahwa bagi barang siapa yang telah mengucapkan dua kalimat syahadat kemudian masuk ke dalam masjid melalui gapura (dari Bahasa Arab Ghapura) maka berarti bahwa segala dosanya sudah diampuni oleh Tuhan.

Sungguh besar jasa Sunan Kalijaga terhadap kesenian, tidak hanya dalam lapangan seni suara saja, akan tetapi juga meliputi seni drama (wayang kulit) seni gamelan, seni lukis, seni pakaian, seni ukir, seni pahat. dan juga dalam lapangan kesusastraan, banyak corak batik oleh sunan kalijaga (periode demak) diberi motif “burung” di dalam beraneka macam. sebagai gambar ilustrasi, perwujudan burung itu memanglah sangat indahnya, akan tetapi lebih indah lagi dia sebagai riwayat pendidikan dan pengajaran budi pekerti. di dalam bahasa kawi, burung itu disebut “kukila” dan kata bahasa kawi ini jika dalam bahasa arab adalah dari rangkaian kata : “quu” dan “qilla” atau “quuqiila”, yang artinya “peliharalah ucapan (mulut)-mu.

Hal mana dimaksudkan bahwa kain pakaian yang bermotif kukila atau burung itu senantiasa memperingatkan atau mendidik dan mengajar kepada kita, agar selalu baik tutur katanya, inilah diantaranya jasa sunan kalijaga dalam hal seni lukis. Dalam hubungan ini dibuatnya model baju kaum pria yang diberinya nama baju “takwo”, nama tersebut berasal berasal dari kata bahasa arab “taqwa” yang artinya ta’at serta berbakti kepada Allah SWT.

Nama yang simbolik sifatnya ini, dimaksudkan untuk mendidik kita agar supaya selalu cara hidup dan kehidupan kita sesuai dengan tuntunan agama. Nama Kalijaga menurut setengah riwayat , dikatakan berasal dari rangkaian Bahasa Arab ‘ Qadli Zaka, Qadli - artinya pelaksana, penghulu : sedangkan Zaka - artinya membersihkan. jadi Qodlizaka atau yang kemudian menurut lidah dan ejaan kita sekarang berubah menjadi Kalijaga itu artinya ialah pelaksana atau pemimpin yang menegakkan kebersihan (kesucian) dan kebenaran agama Islam.

Konon kabarnya Sunan Kalijaga itu usianya termasuk lanjut pula, sehingga dalam masa hidupnya, beliau antara lain mengalami tiga kali masa pemerintahan, pertama jaman akhkh Siti Jenar sesungguhnya tak ada disini, yang ada hanyalah Tuhan yang Sejati. ujarnya pula :

“Awit seh lemang bang iku, wajahing pangeran jati. nadyan sira ngaturana, ing pangeran kang sejati, lamun Syekh Lemah Bang ora, mansa kalakon yekti”

Artinya : Oleh karena Syekh Siti Jenar itu sesungguhnya adalah wajah wujudnya Tuhan sejati, meskipun engkau menghadap kepada Tuhan yang sejati, manakala siti jenar tidak, maka tidaklah hal itu akan terlaksana. pada waktu Maulana Maghribi memberi wejangan bahwa yang disebut Tuhan Allah Sejati itu Wajibul Wujud (kang aran Allah jatine, wajibul wujud kang ana), maka Syekh Siti Jenar pun menjawablah, katanya :

“Aja ana kakehan semu, iya ingsun iki Allah, nyata ingsun kang sejati, jejuluk Prabu Satmata, tan ana liyan jatine, ingkang aran bangsa Allah”

Artinya : jangan kebanyakan semu, saya inilah Allah. saya sebetulnya bernama Prabu Satmata, dan tiadalah yang lain dengan nama Ketuhanan. Oleh karena segala ucapan-ucapan dan ajaran-ajaran Syekh Siti Jenar ini dipandang sangat membahayakan kepada rakyat, maka akhirnya beliau pun dihukum mati oleh para wali. Jikalau kita ikuti segala ucapan-ucapan Siti Jenar tersebut di atas, maka hal itu mengingatkan kita kepada ajaran-ajaran dan ucapan-ucapan salah seorang misticus yang masyhur, yaitu Al Hallaj (858-992). sebagaimana diketahui, Al Hallaj pernah berkata:

“Annal haqq” artinya : “sayalah kebenaran yang sejati itu”

kemudian katanya pula : “wa’ma fi jubbati illa-lah” artinya “dan tidak ada yang dalam jubah , melainkan Allah”.

Disamping itu al hallaj juga pernah mengatakan : “Telah bercampur rohmu dalam rohku, laksana bercampurnya chamar dengan air jernih bila menyentuhi akanmu sesuatu, tersentuhlah aku, sebab itu engkau adalah aku”

Dalam segala hal demikianlah pandangan hidupnya. ucapan dan ajarannya inilah yang mengakibatkan dia dihukum mati di atas tiang gantungan, karena dianggap berbahaya dan menyesatkan oleh pemerintah Bagdad. kedua ahli mistik, baik Al Hallaj maupun Syekh Siti Jenar fahamnya condong kepada ajaran pantheisme, kesatuan antara makhluk dengan khalik Maha Penciptanya. dan keduanya pun mengalami pula nasib yang sama, karena mereka harus menebus keyakinan hidupnya dengan hukuman mati.

Kemudian kita dapati pula ucapan Siti Jenar yang lain, yang tampak isinya lebih mengutamakan hakekat daripada syari’at, katanya :

“Sahadat salat puwasa kawuri, apa dene jakat lawan pitrah, ujar iku dora kabehm nora kena ginugu, Islam tetep durjaning budi, ngapusi kyehning titah, sinung swarga besuke, wong bodo kanur ulama, tur nyatane pada bae ora uning, beda syekh siti jenar.”

Selanjutnya berkatalah Syekh Siti Jenar : “Tan mituhu salat lawan dikir, jengkang-jengking neng masjid ting krembyah, nora nana ganjarane, yen wus ngapal batukmu, sejatine tanpa pinanggih, neng dunya bae pada susah amemikul, lara sangsaya tan beda, marma siti jenar mung madep wajidi, gusti dat roning kamal”.

Demikianlah antara lain pandangan hidup serta ajaran-ajaran dari Syekh Siti Jenar. Dalam riwayat dikatakan bahwa murid Syekh Siti Jenar adalah : Ki Ageng Tingkir, Ki Ageng Pengging, Pangeran Panggung, Ki Lontang.

Menengok konflik Masa Lalu

Biasanya, konflik yang terjadi di kalangan ulama -terutama ulama jaman dahulu, lebih banyak diakibatkan karena persoalan (rebutan pengaruh) politik. Tidak hanya terjadi pada era kiai-ulama masa kini, tapi sejak jaman Wali Songo-pun, konflik seperti itu pernah terjadi. Bahkan, sejarah Islam telah mencatat bahwa jenazah Muhammad Rasulullah SAW baru dimakamkan tiga hari setelah wafatnya, dikarenakan para sahabat justru sibuk rebutan soal posisi khalifah pengganti Nabi (Tarikh Ibnu Ishak, ta’liq Muhammad Hamidi). Di era Wali Songo -kelompok ulama yang “diklaim” oleh NU sebagai nenek-moyangnya dalam perihal berdakwah dan ajarannya, sejarah telah mencatat pula terjadinya konflik yang “fenomenal” antara Wali Songo (yang mementingkan syari’at) dengan kelompok Syekh Siti Jenar (yang mengutamakan hakekat). Konflik itu berakhir dengan fatwa hukuman mati bagi Syekh Siti Jenar dan pengikutnya. Sejarah juga mencatat bahwa dalam persoalan politik, Wali Songo yang oleh masyarakat dikenal sebagai kelompok ulama penyebar agama Islam di Nusantara yang cukup solid dalam berdakwah itu, ternyata juga bisa terpolarisasi ke dalam tiga kutub politik; Giri Kedaton (Sunan Giri, di Gresik), Sunan Kalijaga (Adilangu, Demak) dan Sunan Kudus (Kudus). Kutub-kutub politik itu memiliki pertimbangan dan alasan sendiri-sendiri yang berbeda, dan sangat sulit untuk dicarikan titik temunya; dalam sidang para wali sekalipun. Terutama perseteruan dari dua nama yang terakhir, itu sangat menarik. Karena pertikaian kedua wali tersebut dengan begitu gamblangnya sempat tercatat dalam literatur sejarah klasik Jawa, seperti: “Babad Demak”, “Babad Tanah Djawi”, “Serat Kandha”, dan “Babad Meinsma”.

Lagi-lagi, konflik itu diakibatkan karena persoalan politik. Perseteruan yang terjadi antara para wali itu bisa terjadi, bermula setelah Sultan Trenggono (raja ke-2 Demak) wafat. Giri Kedaton yang beraliran “Islam mutihan” (lebih mengutamakan tauhid) mendukung Sunan Prawata dengan pertimbangan ke-’alimannya. Sementara Sunan Kudus mendukung Aryo Penangsang karena dia merupakan pewaris sah (putra tertua) dari Pangeran Sekar Seda Lepen (kakak Trenggono) yang telah dibunuh oleh Prawata (anak Trenggono). Sedangkan Sunan Kalijaga (aliran tasawuf, abangan) mendukung Joko Tingkir (Hadiwijaya), dengan pertimbangan ia akan mampu memunculkan sebuah kerajaan kebangsaan nusantara yang akomodatif terhadap budaya.

Sejarah juga mencatat, konflik para wali itu “lebih seru” bila dibandingkan dengan konflik ulama sekarang, karena pertikaian mereka sangat syarat dengan intrik politik yang kotor, seperti menjurus pada pembunuhan terhadap lawan politik. Penyebabnya tidak semata karena persoalan politik saja, tapi di sana juga ada hal-hal lain seperti: pergesekan pengaruh ideologi, hegemoni aliran oleh para wali, pengkhianatan murid terhadap guru, dendam guru terhadap murid, dan sebagainya.

Bahkan, De Graaf, seorang sejarawan Jawa dari Belanda, dengan begitu beraninya menilai konflik di antara para wali itu bukan hanya masalah hubungan antara guru dan murid belaka. Bukan pula harus selalu dilihat dari segi spiritualnya, tapi sekolah agama dari para wali itu bisa juga dilihat sebagai sebuah konsentrasi politik. Para wali yang terlibat konflik itu sesungguhnya tidak membatasi diri pada ajaran spiritual saja, tetapi juga memposisikan dirinya sebagai ahli politik sejati, yang (terlalu) banyak ikut campur tangan terhadap persoalan negara. Seperti misalnya, seseorang yang menjadi raja, berhak menyandang gelar “Sultan” bila telah mendapatkan “restu” dari Giri Kedaton. Model pola hubungan ulama-umara seperti ini yang kemudian menjadi benih-benih pertikaian di antara wali sendiri.

Begitupun ketika pusat pemerintahan pindah dari Pajang ke Mataram. Sunan Kudus “berbelok arah” mendukung kubu Demak (Aria Pangiri, putra Sunan Prawata [kubu yang sebelumnya dilenyapkan Arya Penangsang, jagoan Sunan Kudus]) untuk menguasai Pajang, mengusir Pangeran Benawa (putra Sultan Hadiwijaya). Sementara Sunan Kalijaga mendukung keturunan Pamanahan (Ki Gede Mataram) untuk mendirikan kerajaan baru yang bernama Mataram.

Tidak hanya berhenti di situ. Konflik politik para wali itu terus berlanjut hingga akhir hayat mereka. Hingga anak cucu generasi mereka selanjutnya. Dan lebih memprihatinkan lagi, ketika Sunan Amangkurat I (Raja Mataram ke-5, putra Sultan Agung Hanyokrokusumo) membantai secara keji 6000 ulama ahlussunnah wal jama’ah di alun-alun Mataram, dengan alasan “mengganggu keamanan negara”. Ini adalah sebagai bukti adanya imbas yang berkepanjangan dari perseteruan ideologi para wali di era sebelumnya -di samping juga karena faktor politik yang lain. Dan, gesekan-gesekan aliran keagamaan (ideologi) seperti itu, di kemudian hari terus berlanjut, seolah-olah telah menjadi sebuah “warisan” masa kini



Baca Selengkapnya......

Pemimpin Yang Melayani

PARA pencinta wayang kulit Jawa tentu tak asing lagi dengan tokoh Semar. Setiap pertunjukan tokoh ini selalu hadir. Semar dan anak-anaknya selalu menjadi pelayan atau pembantu kesatria yang baik, umumnya Arjuna atau anak Arjuna, penengah Pandawa. Semar adalah sebuah filsafat, baik etik maupun politik. Di balik tokoh hamba para kesatria ini, terdapat pola pikir yang mendasarinya.

Tokoh Semar juga disebut Ismaya, yang berasal dari Manik dan Maya. Manik itu Batara Guru, Maya itu Semar. Batara Guru menguasai kahiyangan para dewa dan manusia, sedangkan Semar menguasai bumi dan manusia. Manik dan Maya lahir dari sebuah wujud sejenis telur yang muncul bersama suara genta di tengah-tengah kekosongan mutlak (sawung-awang-uwung).

Telur itu pecah menjadi kenyataan fenomena, yakni langit dan bumi (ruang, kulit telur), gelap dan terang (waktu, putih telur), dan pelaku di dalam ruang dan waktu (kuning telur menjadi Dewa Manik dan Dewa Maya). Begitulah kisah Kitab Kejadian masyarakat Jawa.

Kenyataannya, ruang-waktu-pelaku itu selalu bersifat dua dan kembar. Langit di atas, bumi di bawah. Malam yang gelap, dan siang yang terang. Manik yang tampan dan kuning kulitnya, Semar (Ismaya) yang jelek rupanya dan hitam kulitnya. Paradoks pelaku semesta itu dapat dikembangkan lebih jauh dalam rangkaian paradoks-paradoks yang rumit.

Batara Guru itu mahadewa di dunia atas, Semar mahadewa di dunia bawah. Batara Guru penguasa kosmos (keteraturan) Batara Semar penguasa keos. Batara Guru penuh etiket sopan santun tingkat tinggi, Batara Semar sepenuhnya urakan.

Batara Guru simbol dari para penguasa dan raja-raja, Semar adalah simbol rakyat paling jelata. Batara Guru biasanya digambarkan sering tidak dapat mengendalikan nafsu-nafsunya, Semar justru sering mengendaikan nafsu-nafsu majikannya dengan kebijaksanaan -- kebijaksanaan. Batara Guru berbicara dalam bahasa prosa, Semar sering menggunakan bahasa wangsalan (sastra).

Batara Guru lebih banyak marah dan mengambil keputusan tergesa-gesa, sebaliknya Semar sering menangis menyaksikan penderitaan majikannya dan sesamanya serta penuh kesabaran.

Batara Guru ditakuti dan disegani para dewa dan raja-raja, Semar hanyalah pembantu rumah tangga para kesatria. Batara Guru selalu hidup di lingkungan yang "wangi", sedang Semar suka kentut sembarangan. Batara Guru itu pemimpin, Semar itu rakyat jelata yang paling rendah.

Seabrek paradoks masih dapat ditemukan dalam kisah-kisah wayang kulit. Pelaku kembar semesta di awal penciptaan ini, Batara Guru dan Batara Semar, siapakah yang lebih utama atau lebih "tua"? Jawabannya terdapat dalam kitab Manik-Maya (abad ke-19).

Ketika Batara Semar protes kepada Sang Hyang Wisesa, mengapa ia diciptakan dalam wujud jelek, dan berkulit hitam legam bagai kain wedelan (biru-hitam), maka Sang Hyang Wisesa (Sang Hyang Tunggal?) menjawab, bahwa warna hitam itu bermakna tidak berubah dan abadi; hitam itu untuk menyamarkan yang sejatinya "ada" itu "tidak ada", sedangkan yang "tidak ada" diterka "bukan", yang "bukan" diterka "ya".

Dengan demikian Batara Semar lebih "tua" dari adiknya Batara Guru. Semar itu "kakak" dan Batara Guru itu "adik", suatu pasangan kembar yang paradoks pula.

Semar itu lambang gelap gulita, lambang misteri, ketidaktahuan mutlak, yang dalam beberapa ajaran mistik sering disebut-sebut sebagai ketidaktahuan kita mengenai Tuhan.

Mengingat genealogi Semar yang semacam itu dalam budaya Jawa, maka tidak mengherankan bahwa tokoh Semar selalu hadir dalam setiap lakon wayang, dan merupakan tokoh wayang yang amat dicintai para penggemarnya. Meskipun dia hamba, rakyat jelata, buruk rupa, miskin, hitam legam, namun di balik wujud lahir tersebut tersimpan sifat-sifat mulia, yakni mengayomi, memecahkan masalah-masalah rumit, sabar, bijaksana, penuh humor.

Kulitnya, luarnya, kasar, sedang dalamnya halus. ** DALAM ilmu politik, Semar adalah pengejawantahan dari ungkapan Jawa tentang kekuasaan, yakni "manunggaling kawula-Gusti" (kesatuan hamba-Raja). Seorang pemimpin seharusnya menganut filsafat Semar ini.

Seorang pemimpin sebesar bangsa Indonesia ini harus memadukan antara atas dan bawah, pemimpin dan yang dipimpin, yang diberi kekuasaan dan yang menjadi sasaran kekuasaan, kepentingan hukum negara dan kepentingan objek hukum.

Hukum-hukum negara yang baik dari atas, belum tentu berakibat baik, kalau yang dari atas itu tidak disinkronkan dengan kepentingan dan kondisi rakyat. Manunggaling kawula-Gusti. Pemimpin sejati bagi rakyat itu bukan Batara Guru, tetapi Semar. Pemimpin sejati itu sebuah paradoks.

Semar adalah kakak lebih tua dari Batara Guru yang terhormat dan penuh etiket kenegaraan-kahiyangan, tetapi ia menyatu dengan rakyat yang paling papa. Dengan para dewa, Semar tidak pernah berbahasa halus, tetapi kepada majikan yang diabdinya (rakyat) ia berbahasa halus.

Semar menghormati rakyat jelata lebih dari menghormati para dewa-dewa pemimpin itu. Semar tidak pernah mengentuti rakyat, tetapi kerjanya membuang kentut ke arah para dewa yang telah salah bekerja menjalankan kewajibannya. Semar itu hakikatnya di atas, tetapi eksistensinya di bawah.

Badan halusnya, karakternya, kualitasnya adalah tingkat tinggi, tetapi perwujudannya sangat merakyat. Semar gampang menangis melihat penderitaan manusia yang diabdinya, itulah sebabnya wayang Semar matanya selalu berair. Semar lebih mampu menangisi orang lain daripada menangisi dirinya sendiri. Pemimpin Semar sudah tidak peduli dan tidak memikirkan dirinya sendiri, tetapi hanya memikirkan penderitaan orang lain. Ego Semar itu telah lenyap, digantikan oleh "yang lain".

Semar itu seharusnya penguasa dunia atas yang paling tinggi dalam fenomena, tetapi ia memilih berada di dunia bawah yang paling bawah. Karena penguasa tertinggi, ia menguasai segalanya. Namun, ia memilih tidak kaya. Semar dan anak-anaknya itu ikut menumpang makan dalang, sehingga kalau suguhan tuan rumah kurang enak karena ada yang basi, maka Semar mencegah anak-anaknya, yang melalui dalang, mencela suguhan tuan rumah. Makanan apa pun yang datang padanya harus disyukuri sebagai anugerah. Batara Semar, di tanah Sunda, dikenal dalam wujud Batara Lengser.

Lengser, longsor, lingsir, selalu berkonotasi "turun". Semar itu adalah pemimpin tertinggi yang turun ke lapis paling bawah. Seorang pemimpin tidak melihat yang dipimpinnya dari atas singgasananya yang terisolasi, tetapi melihat dari arah rakyat yang dipimpinnya. Seorang pemimin tidak menangisi dirinya yang dihujat rakyat, tetapi menangisi rakyat yang dihujat bawahanbawahannya. Seorang pemimpin tidak marah dimarahi rakyatnya, tetapi memarahi dirinya akibat dimarahi rakyat.

Pemimpin sejati itu, menurut filsafat Semar, adalah sebuah paradoks. Seorang pemimpin itu majikan sekaligus pelayan, kaya tetapi tidak terikat kekayaannya, tegas dalam keadilan untuk memutuskan mana yang benar dan mana yang salah namun tetap berkasih sayang. Filsafat paradoks kepemimpinan ini sebenarnya bersumber dari kitab Hastabrata atau Delapan Ajaran Dewa.

Dewa Kekayaan berseberangan dengan Desa Kedermawanan, yang bermakna seorang pemimpin harus mengusahakan dirinya (dulu, sebagai raja) agar kaya raya, tetapi kekayaan itu bukan buat dirinya, tetapi buat rakyat yang dipimpinnya. Pemimpin Indonesia sekarang ini selayaknya seorang enterpreneur juga, yang lihai menggali kekayaan buat negara. Dewa Keadilan berseberangan dengan watak Dewa Kasih Sayang.

Seorang pemimpin harus membela kebenaran, keadilan, tetapi juga mempertimbangkan rasa keadilannya dengan kasih sayang untuk memelihara kehidupan.

Dewa Api (keberanian) itu berseberangan dengan Dewa Laut (air), yakni keberaniannya bertindak melindungi rakyatnya didasari oleh pertimbangan perhitungan dan kebijaksanaan yang dingin-rasional. Dewa Maut berseberangan dengan watak Dewa Angin.

Menumpas kejahatan dalam negara itu harus dipadukan dengan ketelitiannya dalam mengumpulkan detail-detail data, bagai angin yang mampu memasuki ruang mana pun.

Ajaran tua tentang kekuasaan politik bersumber dari Hastabrata tersebut, dan dimitoskan dalam diri Semar yang paradoks itu. Etika kekuasaan itu ada dalam diri tokoh Semar. Ia Dewa Tua tetapi menjadi hamba.

Ia berkuasa tetapi melayani. Ia kasar di kalangan atas, tetapi ia halus di kalangan bawah. Ia kaya raya penguasa semesta, tetapi memilih memakan nasi sisa. Ia marah kalau kalangan atas bertindak tidak adil, ia menyindir dalam bahasa metafora apabila yang dilayaninya berbuat salah. Bentuk badan Semar juga paradoks, seperti perempuan tetapi juga mirip lelaki, kombinasi ketegasan dan kelembutan.


Baca Selengkapnya......